Hal ini menunjukkan kesadaran semua pihak akan pentingnya perawatan dan pelestarian bangunan bersejarah ini. Stasiun yang dulu menjadi kebanggaan Kasunanan Surakarta Hadiningrat ini masih tetap terawat dengan baik, dan kesan mewah serta megahnya masih terasa saat mengunjungi Stasiun Solo Jebres.
Bangunan ini memang mengesankan dengan keindahan dan daya tariknya. Jika diperhatikan dari segi arsitektur, Stasiun Solo Jebres memiliki gaya Indische Empire yang umumnya ditemukan pada bangunan bergaya Eropa.
Fasadnya menampilkan banyak detail lekuk dan ornamen yang dipengaruhi oleh gaya neoklasik. Pintu masuk utama yang tinggi dengan material kayu yang tebal dan kuat merupakan ciri khas bangunan-bangunan tua yang diperuntukkan bagi kalangan tertentu atau elite.
Setiap detail pintu dan jendela menghadirkan kesan bahwa gedung ini dibangun dengan konsep yang memperhatikan selera berkelas. Tidak mengherankan, karena memang bangunan ini didesain untuk memenuhi kebutuhan keluarga kerajaan dan pejabat Hindia Belanda.
Meskipun telah mengalami revitalisasi tanpa mengubah bentuk aslinya, Stasiun Solo Jebres masih tetap difungsikan oleh Pemerintah Kota Surakarta (Pemkot) dan PT Kereta Api Indonesia untuk kepentingan akademis dan ekonomis.
Stasiun ini masih melayani perjalanan penumpang dari Jakarta ke Surabaya, dan sebaliknya. Namun, selain itu, stasiun ini juga menawarkan daya tarik sebagai destinasi wisata yang menarik.
Menurut situs kebudayaan.kemdikbud.go.id, selain sebagai stasiun penumpang, Stasiun Jebres dahulu juga digunakan sebagai stasiun pengangkut berbagai komoditas, seperti beras, kapas, kulit, merica, pupuk, teh, dan sebagainya.
Stasiun Solo Jebres adalah bukti hidup dari kejayaan masa lalu yang masih terpelihara dengan baik. Keindahan arsitektur dan kisah sejarah yang diwariskannya membuatnya menjadi daya tarik yang tak terbantahkan.