Mengenal Lebih Banyak tentang Disosiasi, Penyebab dan Bagaimana Ciri-Cirinya

- 27 Juli 2022, 08:35 WIB
Ilustrasi orang yang mengalami disosiasi
Ilustrasi orang yang mengalami disosiasi /Liza Summer/Pexels

BERITASOLORAYA.com - Apa yang terlintas dalam pikiran Anda saat mendengar kata disosiasi? Mengapa seseorang bisa mengalami disosiasi? Mari mengenal lebih banyak lagi tentang apa itu disosiasi.

Disosiasi adalah keadaan dimana seseorang memutuskan hubungan dengan dirinya sendiri dan juga lingkungan sosialnya.

Dengan kata lain, disosiasi ini bisa menjadi sebuah pemutusan antara pengalaman indera diri sendiri, rasa diri, pemikiran, ingatan atau juga bisa sejarah.

Baca Juga: 13 Nama Panggung Asli Idol Terbaik Pilihan Penggemar, dari Mulai Anggota ITZY sampai LE SSERAFIM

Sebagaimana dikutip BeritaSoloRaya.com melalui Simply Psychology bahwa, dalam keadaan disosiasi tersebut seseorang biasanya tidak mau mengingat apapun tentang dirinya sendiri dan lingkungan sosialnya.

Seseorang yang mengalami disosiasi, mungkin ia merasa bahwa hidupnya dan lingkungan sekitarnya adalah sesuatu hal yang mengganggu atau terasa tidak nyata.

Disosiasi sendiri dapat terjadi akibat adanya respon alami terhadap peristiwa traumatik yang belum bisa dikembalikan oleh dirinya sendiri, dimana peristiwa traumatik itu tiba-tiba muncul karena adanya stimulus traumatik yang mengingatkan kembali dengan peristiwa tersebut.

Pengalaman disosiasi yang dirasakan seseorang bisa berlangsung dalam waktu yang singkat, namun terkadang juga bisa bertahan dalam waktu yang jauh lebih lama.

Baca Juga: Ini Dia Fakta Dari Serial Terbaru HBO The Idol yang akan Rilis, Ada Jennie BLACKPINK!

Waktu paling singkat yang biasanya terjadi adalah dalam hitungan jam saja, dan waktu paling lama yang biasanya terjadi bisa sampai berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan.

Disosiasi tidak selalu bersifat negatif. Disosiasi terkadang juga bisa dikatakan positif ketika orang yang mengalami disosiasi dapat mengontrol perasaannya sendiri.

Beberapa orang mungkin mengalami disosiasi karena hal ini untuk mengatasi rasa stress mereka sendiri, dengan memisahkan diri sejenak dari kegagalan dan rasa stress yang dirasakannya akhirnya membuat seseorang tersebut menjadi lebih baik lagi.

Namun perlu diingat bahwa disosiasi yang bersifat positif adalah disosiasi yang berlangsung dalam waktu yang jauh lebih singkat dan dengan tujuan untuk memperbaiki dirinya.

Baca Juga: Aktris-Aktris Korea Selatan yang Merupakan Workaholics

Jika disosiasi terjadi dalam kurun waktu yang lama sehingga seseorang tersebut memilih untuk menutup dirinya sendiri bahkan memutuskan segala kontak sosial di lingkungan sekitarnya, hal tersebut dapat berkembang menjadi gangguan disosiatif.

Oleh karena itu disosiasi ini sebenarnya sangat umum terjadi pada manusia. Karena mungkin disosiasi menjadi suatu cara untuk mengatasi rasa stress yang dirasakan.

Disosiasi yang bersifat negatif adalah disosiasi yang mengganggu area fungsi manusia yang berguna untuk melakukan suatu pekerjaan atau kegiatan.

Area tersebut adalah area kesadaran, ingatan, identitas, dan kesadaran diri, juga lingkungannya. Jika seseorang sudah mengalami disosiasi yang cukup parah dan bersifat negatif, semua area ini akan terganggu fungsi kerjanya.

Baca Juga: Kenali, Ini Macam Pembinaan dan Pengawasan Pengelolaan Dana BOP PAUD

Seseorang yang mengalami disosiasi mungkin akan mengalami suatu peristiwa yang disebut depersonalisasi.

Depersonalisasi sendiri adalah perasaan dimana seseorang terputus dari keinginan yang tubuhnya katakan, berada di luar diri sendiri, dan merasa sangat tidak nyaman dengan semua aktivitas yang dilakukannya.

Juga seseorang yang mengalami disosiasi akan mengalami suatu peristiwa lain yang disebut derealisasi.

Disinilah lingkungan sekitar seseorang menjadi sangat buruk dan seseorang tersebut merasa bahwa lingkungan sekitarnya seolah-olah tidak nyata dan menjadi sangat tidak nyaman untuk dirasakannya.***

Editor: Anbari Ghaliya

Sumber: Simply Psychology


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah