Namun, Sulianti wafat sebelum bisa melihat RSPI saat itu, dia meninggal tahun 1991, menjelang pembangunan rumah sakit. Namanya pun diabadikan sebagai nama resmi RSPI Prof Dr Sulianti Saroso.
Selain berperan penting dalam mengembangkan rumah sakit infeksi, Sulianti Saroso juga berperan penting dalam kesehatan ibu dan anak di Tanah Air.
Sulianti lahir 10 Mei 1917 di Karangasem, Bali. Ayahnya, M Sulaiman, merupakan seorang dokter yang sering berpindah tugas. Dia lulus tahun 1942 sebagai dokter dari pendidikan tinggi di Geneeskundige Hoge School (GHS), sebutan untuk Sekolah Kedokteran STOVIA di Batavia.
Dia merupakan salah satu dari tokoh perjuangan Republik Indonesia. Sulianti masih bertugas di RS Umum Pusat Jakarta atau sekarang RS Cipto Mangunkusumo saat masa pendudukan Jepang hingga awal kemerdekaan, namun, kemudian berpindah tugas di RS Bethesda Yogyakarta, saat ibu kota negara pindah ke Yogyakarta.
Suliani merupakan salah satu daftar pejuang yang diincar oleh Pemerintah Sipil Hindia Belanda/NICA, dia pun pernah dipenjara selama dua bulan.
Pascakemerdekaan, Suliani yang bertugas di Kementerian Kesehatan mendapat beasiswa WHO untuk belajar mengenai kesehatan ibu dan anak di Eropa, utamanya di Inggris.
Pulang dari situ, kiprahnya pun mulai terlihat, dia mulai menggalang dukungan publik dengan program kesehatan ibu dan anak. Terkhusus untuk pengendalian angka kelahiran dengan pendidikan seks dan Keluarga Berencana (KB). Dia bekerja sama dengan lembaga penyiaran dan koran di Yogyakarta untuk mempublikasikan idenya.