Singgung Soal Penanganan Korupsi di Indonesia yang Buruk, Gus Mus: Tidak Akan Tuntas

- 17 Juni 2021, 09:20 WIB
Gus Mus.*/
Gus Mus.*/ /NU Online/.*/NU Online

PR SOLORAYA - Dipotongnya hukuman Jaksa Pinangki, terpidana kasus pencucian uang langsung menuai polemik di tengah masyarakat.

Pihak Pengadilan Tinggi Jakarta memangkas hukuman Pinangki menjadi empat tahun, dari yang sebelumnya dihukum selama 10 tahun.

Aksi Pengadilan Tinggi Jakarta itu dirasa membenarkan pepatah lama tentang hukum di Indonesia yang semakin tajam ke bawah tapi tumpul ke atas.

Sejumlah tokoh ikut memberikan komentar terkait putusan pengadilan terhadap hukuman Pinangki tersebut.

Baca Juga: Hoaks atau Fakta? Cristiano Ronaldo Menolak Coca-Cola karena Produk Yahudi

Salah satu ulama kondang Tanah Air, Ahmad Mustofa Bisri atau yang akrab disapa Gus Mus ikut memberikan komentar terkait pengurangan hukuman dalam praktik pemberantasan korupsi.

Sebagaimana diberitakan Pikiran Rakyat dalam artikel "Pinangki Dipotong Masa Tahanannya, Gus Mus Singgung Penyebab Pemberantasan Korupsi Tak Akan Berhasil Tuntas", Gus Mus menilai pemberantasan korupsi di Indonesia tidak akan terlalu terdampak dengan ditambah atau dikurangi masa hukumannya.

“Mau ditambah atau apalagi dipotong hukuman koruptornya, tidak akan terlalu berdampak terhadap pemberantasan korupsi,” kata Gus Mus melalui akun Instagram miliknya @s.kakung.

Baca Juga: Dijemput Vicky Prasetyo, Kalina Ocktaranny Curhat Nestapa Pisah Rumah dengan Sang Suami Selama 3 Minggu

Namun Gus Mus mengatakan bisa jadi pemberantasan korupsi di Indonesia bisa lebih baik jika hukuman koruptor adalah dengan dimelaratkannya para koruptor tersebut.

“Entah kalau hukumannya: dimelaratkan,” ujarnya.

Lebih lanjut, Gus Mus menyebut pemberantasan korupsi tidak akan berhasil selama para penguasa atau pejabat tidak pernah merasa kaya.

Baca Juga: Ikuti Jejak Ronaldo, Paul Pogba Kepergok Singkirkan Botol Bir yang Ada di Meja Konferensi Pers

Tak hanya itu, Gus Mus juga menyebut pemberantasan korupsi juga akan tersendat jika cinta kepada bangsa dan negara tidak dipahami.

Dan yang terpenting menurut Gus Mus, cinta kepada bangsa dan negara tersebut harus dipahami sebagai amanah serta tanggung jawab.

“Pemberantasan korupsi, tidak akan berhasil tuntas selama para penguasa dan pejabat negara masih banyak yang fakir (tidak pernah merasa kaya) dan cinta negara belum mereka pahami pula sebagai amanah dan tanggung jawab untuk memakmurkannya (bukan hanya memakmurkan pribadi dan kelompok belaka). Wallãhu a'lam,” ucapnya.*** (Abdul Muhaemin/Pikiran Rakyat)

Editor: Nopsi Marga

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x