Berdasarkan pertemuan itu, Pemkot Solo kemudian memperingati Adeging Nagari berdasarkan penanggalan Masehi. Gusti Moeng mengkritik kebijakan tersebut.
"Kenapa yang dipakai Masehi? Padahal semua upacara di Keraton selalu menggunakan kalender Jawa," katanya.
Gusti Moeng mengajak seluruh kerabat, abdi dalem, dan generasi muda dari Jawa agar terus melestarikan sistem penanggalan Sultan Agungan.
"Keraton Surakarta adalah penerus Keraton Mataram yang punya sistem kalender sendiri," katanya.
"Kita sebagai masyarakat yang masih menjalankan tradisi Jawa, mau bagaimanapun juga penanggalan itu tetap relevan," katanya.
Baca juga : BNPT Minta Pemuda Tidak Menjadikan Taliban Sebagai Role Model
Ia menjelaskan Keraton Surakarta saat ini genap berusia 285 tahun menurut perhitungan kalender Jawa. Jika dihitung dengan kalender Masehi, Keraton Surakarta sudah 276 tahun.
Peringatan berdirinya Keraton Surakarta Adeging Nagari Surakarta Hadiningrat digelar untuk mengenang perpindahan Kerajaan Mataram Islam dari Kartasura ke Desa Sala yang kini menjadi lokasi bedirinya Keraton Surakarta.
Peristiwa yang dikenal dengan sebutan Boyong Kedhaton itu terjadi pada 17 Sura 1670 tahun Je menurut hitungan kalender Jawa, bertepatan dengan 20 Februari 1745 Masehi.