Ada Jalan Arifin di Kota Solo, Siapa Dia? Kenapa Namanya Digunakan sebagai Nama Jalan? Ternyata...

- 19 Juni 2023, 10:17 WIB
Jalan Arifin yang ada di Kota Solo
Jalan Arifin yang ada di Kota Solo /surakarta.go.id

BERITASOLORAYA.com - Kota Solo, juga dikenal sebagai Surakarta, memiliki jalan yang cukup terkenal bernama Jalan Arifin. Namun, siapa sebenarnya sosok di balik nama jalan ini? Mengapa namanya diabadikan sebagai bagian dari sejarah Kota Solo? Diketahui bahwa Jalan Arifin membentang dari Gereja Katolik Santo Antonius Purbayan hingga ke utara, menuju Jalan Margoyudan.

Bagi warga Solo yang sering melintas di sekitar Balai Kota Surakarta dan mengambil jalur lurus ke arah Kantor Detasemen Polisi Militer (Denpom) IV/4 Surakarta, pasti akrab dengan ruas jalan ini.

Meski begitu, tidak banyak yang benar-benar mengetahui siapa sebenarnya Arifin yang diabadikan sebagai nama jalan tersebut.

Baca Juga: PPDB Jabar 2023 Jalur Zonasi SEGERA DIBUKA, Cek Jadwal dan Link Pendaftaran di Sini

Ternyata, nama Jalan Arifin memiliki kisah yang sangat menarik. Jika dilihat dari segi fisiknya, jalan ini memiliki ciri yang cukup unik. Jalur jalan ini memulai dari bagian selatan dengan lebar yang cukup luas dan membentang ke arah utara.

Namun, seiring dengan berjalannya waktu, jalannya semakin menyempit setelah melewati pertigaan SMPN 13 Solo. Jalur ini terus menyempit hingga mencapai Jalan Margoyudan.

Namun, lebih dari sekadar ciri fisiknya, Jalan Arifin juga memiliki sejarah yang penting.

Dalam pencarian mengenai sosok Arifin yang diabadikan sebagai nama jalan, ditemukan catatan sejarah tentang peristiwa pendudukan tentara Jepang di Solo pada tahun 1945.

Baca Juga: Mengenal Lokananta, Studio Rekaman Pertama di Indonesia yang Kini Direnovasi dan Difungsikan Kembali

Saat itu, tentara Jepang memiliki sebuah kesatuan polisi militer yang disebut Kenpeitai atau Kempeitai.

Setelah Jepang kalah dalam Perang Dunia II, delegasi Indonesia berusaha untuk bernegosiasi dengan Komandan Kempetai Surakarta, Kapten Sato, untuk menyerahkan kekuasaan.

Namun, perundingan tidak mencapai kesepakatan. Kempeitai menginginkan penyerahan senjata dilakukan di Tampir, Boyolali, yang merupakan pertahanan Jepang saat itu.

Pimpinan Barisan Rakyat dan Barisan Keamanan Rakyat (BKR) tidak puas dengan syarat tersebut dan tetap menginginkan penyerahan senjata di Solo.

Baca Juga: Fakta Skema Wacana Single Salary untuk PNS, Konsep hingga Implementasi

Para anggota Barisan Rakyat dan BKR, sebagian besar adalah pemuda pejuang yang revolusioner, tidak menerima keputusan tersebut. Dalam semangatnya yang menggelora, mereka menyerbu markas Kempetai di malam hari.

Akibat pertempuran yang hebat, Jepang menyerah pada pagi tanggal 13 Oktober 1945 sebagai hasilnya.

Dalam pertempuran tersebut, seorang pemuda bernama Arifin gugur, dan beberapa lainnya luka-luka. Pengorbanan dan keberanian Arifin dalam memimpin pasukan Indonesia lainnya membuahkan hasil.

Pasukan Jepang yang menyerah dibawa ke Tampir, Boyolali untuk menghindari aksi balas dendam rakyat Solo, yang sudah geram dengan kekejaman Kempeitai.

Baca Juga: MANTAP, Aplikasi Solo Destination Resmi Dirilis, Kini Liburan Lebih Mudah dan Asyik

Ketika pasukan Jepang menyerah pada tanggal 13 Oktober 1945, kekuasaan Jepang di Solo berakhir.

Arifin menjadi simbol pahlawan muda yang berani dan gigih dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Sebagai penghargaan atas pengorbanannya, jalan di Kota Solo dinamai Jalan Arifin.

Sebagai warga Solo, kita bisa mengenang jejak perjuangan Arifin dengan mengunjungi Jalan Arifin. Melalui media sosial, kita dapat membagikan kisah pahlawan muda ini kepada banyak orang.

Solo bukan hanya kota dengan tokoh pahlawan seperti Slamet Riyadi, tetapi juga memiliki sosok seperti Arifin yang tak boleh dilupakan. Mari lanjutkan mengenang dan menghormati mereka yang telah berjuang demi kemerdekaan.***

Editor: Anbari Ghaliya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah