PR SOLORAYA – Sosiolog Universitas Gadjah Mada (UGM), Sunyoto Usman, angkat bicara soal wacana karantina orang yang nekat mudik sebelum 6 Mei 2021.
Menurut Kepala Korps Lalu Lintas (Kakorlantas) Polri, Irjen Istiono, wacana itu bisa diberlakukan bagi mereka yang nekat mudik sebelum 6 Mei 2021, Sosiolog UGM Sunyoto Usman pun menanggapi hal tersebut.
Menurut Sosiolog UGM Sunyoto Usman, karantina itu bisa saja berjalan, hanya saja tantangannya cukup berat.
Baca Juga: Kecam Wacana European Super League, UEFA: Kepentingan Pribadi Ini Telah Berlangsung Lama
Dikutip PikiranRakyat-SoloRaya.com, Sunyoto Usman menuturkan harus ada pemaparan bahwa larangan mudik adalah sementara karena masih dalam masa pandemi.
"Covid-19 masih sangat berbahaya, mudik bisa jadi klaster baru, gagal memutus mata rantai penularan,” ujar Sunyoto Usman.
“Pejabat, tokoh-tokoh masyarakat, ulama harus memberikan contoh bahwa mereka tidak mudik, dibutuhkan keteladanan," tuturnya.
Baca Juga: Segera Klaim dan Tukarkan Hadiahnya, Kode Redeem FF Free Fire 19 April 2021 Valid dari Garena
Langkah kepolisian cegah Mudik Lebaran 2021
Polda Jawa Barat menyiapkan 338 pos penyekatan. Sementara itu Polda DIY menyiapkan 10 titik penyekatan di wilayahnya.
Titik penyekatan juga disiapkan Polda Jawa Tengah berjumlah 14. Posko titik penyekatan itu sudah ada sejak Senin 12 April 2021.
Tak hanya itu, Polda Jawa Tengah juta menurunkan 11 ribu personel gabungan TNI-Polri di titik jalur mudik.
Baca Juga: Ustaz Zacky Mirza Mendadak Pingsan Saat Ceramah, Ucapkan Kalimat Ini Meski Matanya Terpejam
Terkait warga yang nekad musik sebelum 6 Mei 2021, Anggota Komisi IX DPR Muchamad Nabil Haroen menekankan pentingnya peran pemerintah daerah (pemda).
Menurut Nabil Haroen, perlu ada tindakan pencegahan dari pihak pemda untuk mencegah penyebaran virus.
"Misal, dengan isolasi dulu di penginapan atau hotel, sebelum masuk ke kampung halaman,” tutur Nabil Haroen.
“Maka, pada titik ini, pemda harus berkoordinasi dengan pemerintah desa setempat, untuk mengatur agar desa bisa tercegah dari penularan virus," tutur Nabil Haroen.***