G20 Tekankan Aksi Nyata Transisi Energi, Menkeu Sri Mulyani: Salah Satu yang Tidak Mudah Dicapai

17 November 2022, 17:20 WIB
Menurut penjelasan Menkeu Sri Mulyani tersebut bahwa pada KTT G20 membutuhkan adanya aksi nyata dalam mewujudkan transisi energi bagi dunia. /Instagram.com/@smindrawati S

 

BERITASOLORAYA.com – Pada KTT G20  Indonesia yang telah berlangsung sejak 2021 hingga berakhir pada 16 November 2022.

Telah menghasilkan berbagai kesepakatan atau MoU antar negara-negara dunia. Mulai dari kebijakan tentang pemulihan ekonomi, pendidikan.

Pariwisata, pembangunan infrastruktur, kesehatan dan berbagai kesepakatan lainnya. Termasuk kebijakan transisi energi.

Pada Konferensi Pers untuk Konferensi Tingkat Tinggi G20 Indonesia pada Rabu 16 November lalu Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani menuturkan seputar pendapatnya.

Baca Juga: Ibu Negara Korea Selatan Ini Curi Perhatian, Warganet: Visual Memukau dan Fashion On Point, Tapi..

Menurut penjelasan Menkeu Sri Mulyani tersebut bahwa pada KTT G20 membutuhkan adanya aksi nyata dalam mewujudkan transisi energi bagi dunia.

Transisi energi terbarukan atau energi berkelanjutan menjadi target yang harus dicapai oleh negara-negara dunia.

Dan salah satu aksi nyata dalam mewujudkan hal tersebut adalah dengan melakukan percepatan penutupan pembangkit listrik tenaga batu bara.

Kemudian mulai melakukan pengembangan energi terbarukan yang berkeadilan dan berkelanjutan. Akan tetapi agenda mewujudkan hal tersebut cukup tidak mudah.

Baca Juga: Pembelian E-Meterai untuk PPPK 2022 Bermasalah, Ini Kata PERURI beserta Nomor Kontak yang Bisa Dihubungi

Menurut Menkeu Sri Mulyani bahwa memulai sustainable atau istilah lainnya menuju low emission carbon menjadi salah satu hall yang tidak gampang.

Menuju energi terbarukan atau berkelanjutan bukan tidak mungkin tetapi tidak mudah untuk dicapai dalam waktu singkat.

“Sustainable atau menuju zero atau low emission carbon untuk energi, maka salah satu yang kemudian disebut juga adalah facing out dari fossil fuel atau coal,” ucap Menkeu Sri Mulyani.

“Coal tadi yang dikatakan oleh Ibu Menlu, ini sebutnya termasuk salah satu yang tidak mudah dicapai,” tutur Menkeu Sri Mulyani melanjutkan.

Baca Juga: Selamat Bagi Calon Guru ASN PPPK 2022 yang Lolos Seleksi Administrasi, Selanjutnya Persiapkan Hal Ini Segera!

Menjadi hal yang tidak mudah dikarenakan negara-negara dunia bahkan yang menjadi anggota G20 masih menjadi produsen energi fosil.

Seperti Arab Saudi yang menjadi negara kaya raya dan merupakan produsen terbesar sumber energi fosil itu.

Meskipun begitu, menurut Menkeu Sri Mulyani bahwa pihaknya meminta agar transisi energi harus dilakukan dengan unsur kehati-hatian.

Hal ini, sebagaimana pada paragraf 12 G20 Bali yang menghasil Leaders Declaration terkait komitmen Pemerintah.

Baca Juga: Lirik Lagu When We Were Young – Adele, Masa Muda yang Berharga dan Ingin Diulang Kembali

Supaya dapat mencapai target Sustainable Development Goals (SDG) 7 dan menghapuskan adanya kesenjangan akses terhadap energi.

“Sektor energi adalah sektor yang menghasilkan CO2 dan yang paling mahal atau costly dari sisi untuk mencapai keseimbangan,” jelas Menkeu Sri Mulyani

“Antara mencapai target Nationally Determined Contribution (NDC) yaitu menghilangkan atau mengurangi ancaman perubahan iklim,” tukas Menkeu lagi.

Baca Juga: Ingin Kerja Lebih Nyaman dan Produktif? Lakukan 7 Cara Mengatur Ruang Kerja Berikut Ini

“Namun disisi lain tadi disebutkan SDG 7 adalah menutup gap antara mereka yang belum mendapatkan akses energi maupun mereka yang kemudian miskin karena tidak mendapat akses energi.” Ucap Menkeu Sri Mulyani.***

Editor: Maulida Cindy Magdalena

Sumber: kemenkeu.go.id

Tags

Terkini

Terpopuler