PR SOLORAYA – Bukan hanya di Indonesia, aksi bom bunuh diri baru saja terjadi di negara Tunisia.
Pelaku pada peristiwa ini adalah seorang ibu, namun mirisnya dia melancarkan aksi bom bunuh diri dengan menggedong sang bayi.
Pada kronologi yang diungkap oleh petugas, pelaku meledakan bom di pegunungan Tunisia Tengah, sehingga dia dan sang bayi meninggal.
Melansir laman Latin Times, aksi ini juga diduga sebagai bentuk serangan kontrateroris. Kementerian Dalam Negeri telah mengonfirmasi bahwa terdapat dua teroris lainnya tewas dalam operasi terpisah di kawasan Gunung Mghila.
Baca Juga: 10 Ucapan Maaf Menjelang Ramadhan 1442 H, Cocok Dikirim untuk Orang Terkasih di WhatsApp
Menurut pernyataan resmi, tersangka teroris di bunuh dan ditembak, sehingga memicu tombol yang ada diikat pinggang sang wanita tersebut terpencet, sehingga bom langsung meledak.
Ibu dan anak dinyatakan meninggal di tempat kejadian, putri sulung wanita yang berada di tempat kejadian masih selamat. Saat ini sang remaja masih dalam pengawasan petugas medis setempat.
Pihak berwenang belum melaporkan adanya korban dari kepolisian, namun diketahui bayi yang dibawa oleh sang ibu tewas dalam kondisi memprihatinkan pada aksi bom bunuh diri ini.
Setelah aksi teror itu berlangsung, pasukan Tunisia langsung bergerak cepat melacak kelompok teroris di daerah Gunung Sallom Kasserine.
Baca Juga: Update Virus Corona Dunia per Selasa, 6 April 2021, Kasus Positif Covid-19 Mencapai 132 Juta Jiwa
Terdapat pasangan tersangka teroris dan dua anak mereka yang terjaring operasi pelacakan yang dilakukan oleh Pasukan Garda Nasional.
Komisi Penanggulangan Terorisme Nasional Tunisia mengumumkan gagasan pemerintah.
Gagasan tersebut berupa revisi strategi nasional yang telah ada dengan tujuan menyesuaikan situasi saat ini dan masa depan terakiat keamanan negara.
Selain itu, Departemen Luar Negeri AS pada 2018 menunjuk cabang Jund Al Khalifa di Tunisia sebagai entitas teroris.
Kelompok Jund Al Khalifa diyakini bertanggung jawab atas berbagai serangan dan kematian di seluruh Tunisia.
"Kami perlu lebih fokus pada pencegahan dengan mengidentifikasi penyebab yang mengarah ke terorisme, seperti kerentanan individu dan sosial," kata Presiden Komisi Kontra Terorisme Nasional Tunisia, Mounir Ksiksi, Tunis Afrique Presse (TAP) melaporkan pada hari Selasa.
Ksiksi menekankan pada pidatonya bahwa terorisme akan ditangani dengan lebih baik dari perspektif pendidikan dan sosial daripada pendekataan dengan murni.***