Minta Tempat Wisata Juga Ditutup Seiring Larangan Mudik, Sosiolog: Agar Tidak Terkesan Setengah-setengah

- 18 April 2021, 08:45 WIB
Ilustrasi mudik lebaran 2021. Minta Tempat Wisata Juga Ditutup Seiring Larangan Mudik, Sosiolog: Agar Tidak Terkesan Setengah-setengah.
Ilustrasi mudik lebaran 2021. Minta Tempat Wisata Juga Ditutup Seiring Larangan Mudik, Sosiolog: Agar Tidak Terkesan Setengah-setengah. /Pixabay/al-grishin

PR SOLORAYA - Adanya larangan mudik di tahun ini menuai banyak reaksi, baik dari kalangan pemerintah, pejabat, hingga ahli.

Salah satunya adalah tanggapan dari Wahyu Budi Nugroho selaku Sosiolog Universitas Udayana, Bali, dimana menurutnya pemerintah juga harus menutup tempat wisata seiring kebijakan larangan mudik.

Menurut Wahyu Budi Nugroho, hal tersebut agar pemerintah tidak terkesan setengah-setengah dalam mengambil keputusan.

Selain mencegah kesan setengah-setengah, larangan mudik dan ditutupnya tempat wisata akan memberikan kontribusi yang besar demi mencegah penularan Covid-19.

Baca Juga: KKB Tembak Mati Dua Guru di Papua, Kombes Polisi M Iqbal Alqudussy: Pelanggaran HAM

Baca Juga: Akhirnya Bisa Tidur Nyenyak, Raisa Ungkap Wajah Sang Anak yang Selama Ini Disembunyikan

"Sebaiknya tempat wisata juga ditutup bersamaan dengan tenggang waktu larangan mudik sehingga kebijakan untuk mencegah naiknya kasus Covid-19 tidak terkesan setengahsetengah," kata Sosiolog Unud Wahyu Budi Nugroho saat dikonfirmasi di Denpasar, Bali, Sabtu 17 April 2021.

Sebagaimana diberitakan Pikiranrakyat-Bekasi.com dalam artikel Soal Larangan Mudik Lebaran, Sosiolog: Tempat Wisata Juga Harus Tutup Agar Tak Terkesan Ragu ia mengatakan jika dalam penerapan kebijakan larangan mudik terjadi penolakan, dan wisata ditutup, pemerintah bisa memberikan bantuan bagi pelaku industri seperti pemberian insentif bagi sektor jasa transportasi.

"Bisa jadi yang paling menolak kebijakan ini adalah pelaku bisnis pariwisata (jika wisata ditutup) dan sempat ada wacana pemerintah memberikan insentif bagi sektor jasa transportasi.

Pemerintah juga bisa memberikan bantuan untuk pelaku industri pariwisata supaya resistennya tidak terlalu keras," katanya sebagaimana dikutip PikiranRakyat-Bekasi.com dari Antara Minggu 18 April 2021.

Baca Juga: Ayo Mengaji Ramadhan 2021: Baca Surat Al-Falaq, Arab, Latin, dan Artinya

Baca Juga: Siaga Jaga Bu Cinta, Ridwan Kamil Berikan Cium Jauh Kirim Semangat hingga Rela Tidur di Kursi

Selain kebijakan larangan mudik, moda transportasi juga diminta tidak beroperasi selama 6 sampai 17 Mei 2021, untuk menekan penyebaran Covid-19.

Kata Wahyu situasi ini juga akan memberikan pengaruh yang signifikan bagi jasa transportasi.

"Tetapi kemarin ada wacana yang cukup baik dari pemerintah untuk memberikan insentif bagi sektor jasa ini guna mengurangi kerugian atau berkurangnya pemasukan akibat larangan mudik," katanya.

Ia mengatakan larangan mudik diperkirakan akan sulit terealisasi karena adanya faktor budaya dan tradisi yang kuat.

Kata dia, sudah menjadi kebiasaan bahkan budaya dalam masyarakat kita untuk berkumpul bersama keluarga besar pada hari-hari besar keagamaan.

"Namun, pada masa pandemi ini, masyarakat harus terus dirasionalkan dan diingatkan bahwa pulang ke kampung halaman, apalagi menggunakan kendaraan umum, sangatlah berisiko," katanya.

Menurutnya, tidak wajar jika masa pandemi ini masih ada yang nekat untuk mudik, karena kasus Covid-19 di tanah air masih fluktuatif, bahkan belum pernah berkurang secara signifikan.

"Jika kita melihat kasus di negara-negara lain yang justru kembali mengalami kenaikan, Jerman misalkan, baru saja kembali melakukan kebijakan lockdown," katanya.***(Muhamad Bagja/Pikiran Rakyat Bekasi)

Editor: Linda Rahmadanti

Sumber: Pikiran Rakyat Bekasi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah