"Ini tahap yang ketiga dari empat tahap yang kami laksanakan, kalau meledak kapal-kapal kami yang mempunyai kemampuan sonar mendengarkan suara di dalam air, pasti mendengar," sambungnya.
Selain itu, pihaknya menegaskan jika daerah-daerah yang berada di luar daerah penembakan telah dijaga oleh kapal-kapal yang memiliki kemampuan mendeteksi suara di bawah air, sehingga jika terjadi ledakan, seharusnya kapal-kapal tersebut bisa mendengarnya.
Baca Juga: Pembangunan Sudah Capai 73 Persen, Kereta Cepat Jakarta Bandung Siap Diuji Coba Akhir 2022
"Namun ini (suara) tidak ada sehingga murni adalah ini kecelakaan bukan meledak," sambungnya.
Tidak hanya itu, hal yang mempertegas jika kapal selam KRI Nanggala-402 tenggelam karena kecelakaan dan bukan karena meledak adalah tidak adanya barang-barang dalam kapal yang berhamburan di permukaan laut.
Isnurwanto mengatakan, jika kapal selam KRI Nanggala-402 benar-benar meledak, seharusnya pecahan-pecahan kapal selam akan muncul ke permukaan.
Sebagaimana diketahui sebelumnya, kapal selam KRI Nanggala-402 dilaporkan hilang di perairan utara Bali pada 25 April 2021.
KRI Nanggala-402 dilaporkan hilang kontak pada saat komandan pelatihan hendak memberikan otoritas penembakan terpedo.
Sebanyak 53 prajurit terbaik Hiu Kencana telah gugur dalam tenggelamnya kapal selam KRI Nanggala-402 ini.***