Pernyataan Kemenag Hadiah untuk NU, Ini Penjelasan Menag Yaqut Cholil Qoumas

- 25 Oktober 2021, 19:31 WIB
Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas
Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas /Kemenag

 

BERITASOLORAYA.com - Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas menyayangkan pernyataan yang menyebutkan jika Kementerian Agama (Kemenag) merupakan hadiah dari negara untuk Nahdlatul Ulama (NU) bocor ke publik. 

 
Padahal pernyataan itu disampaikan dalam forum internal, yang bertujuan untuk memberikan semangat kepada para santri dan pondok pesantren. 
 
"Itu saya sampaikan di forum internal. Intinya itu untuk memberi semangat kepada para santri dan pondok pesantren," terang Menag Yaqut Cholil Qoumas saat ditemui di sela-sela kegiatan AICIS ke-21 di The Sunan Hotel Solo, Senin 25 Oktober 2021. 
 
 
Gus Yaqut pun mengibaratkan masalah ini dengan dengan pasangan yang sedang melihat rembulan. 
 
"Itu sama kira-kira ketika kalian semua ini dengan pasangan masing-masing melihat rembulan di malam hari gitu. Kemudian bilang, "dik" dunia ini milik kita berdua, yang lain cuma ngekos. Salah itu ? Saya tanya dulu salah itu ? Salah nggak itu ?. Itu karena internal," ungkap dia. 
 
Menurutnya, sekarang bisa dibuktikan klausul kedua, apakah ada kebijakan Kemenag ini yang hanya diperuntukkan untuk NU saja.
 
"Tidak, afirmasi semua agama kita berikan hak secara proporsional terhadap Kementerian Agama,” katanya. 
 
Gus Yaqut menegaskan, bukan hanya itu, ormas yang ada saat ini bukan hanya NU saja. Ia meminta masyarakat mengecek para pejabat di Kemenag yang juga berasal dari organisasi keagamaan lainnya.

"Cek coba sekarang. Ada Dirjen PHU, Dirjen Haji dan Umroh itu kader Muhammadiyah. Jangan salah, dan itu biasa buat kami. Irjen, Irjen Kemenag, bukan NU, dan itu biasa,” papar dia. 
 
Menang mengatakan, memberi semangat itu merupakan hal yang wajar dilakukan. Apalagi pada forum internal.

"Itu forum internal sekali lagi. Dan memang saya tidak tahu kemudian digoreng-goreng di publik bagaimana. Itu forum internal, konteksnya menyemangati," ujarnya. 
 
 
Gus Yaqut menambahkan, jika NU harus kembali pada jati dirinya. Meskipun NU ini diberikan sesuatu, NU harus tetap terbuka.

"NU harus tetap inklusif, NU harus tetap memberikan dirinya untuk kepentingan yang lebih besar, maslahat yang lebih besar. 
 
Bukan semuanya untuk NU, karena itu sifat dasar NU. Itu sebenarnya tujuannya, kemudian digoreng-goreng," pungkasnya.***
 
 

Editor: Inung R Sulistyo


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x