BERITASOLORAYA.com - Indonesia memiliki banyak kesenian dan Kebudayaan. Hal itu jelas, karena Indonesia adalah masyarakat multikultural.
Beberapa diantara budaya dan kesenian Indonesia berakulturasi dengan ajaran islam.
Para ulama penyebar islam di Nusantara menggunakan budaya lokal sebagai sarana dakwah.
Hal itu karena lebih efektif dan mudah diterima masyarakat.
Beberapa seni islam yang populer ialah wayang kulit, hadrah, qashidah, tari zapin dan mauludan.
Namun, kali ini akan dibahas mengenai sejarah wayang kulit.
Baca Juga: Stefan William Punya Pacar Baru! Celine Evangelista: Gak Apa-Apa, Yang Penting Daddy Senang.
Wayang Kulit
Wayang berkembang pesat di wilayah Jawa. Aslinya wayang berasal dari kata 'Ma Hyang' yang artinya menuju kepada roh spiritual, Dewa atau Tuhan Yang Maha Esa. Namun, wayang juga diartikan sebagai bayangan dalam istilah Jawa.
Pertunjukan wayang telah diakui UNESCO pada tanggal 7 November 2003, sebagai karya kebudayaan yang mengagumkan dari segi cerita narasi serta warisan yang indah dan berharga (Masterpiece of Oral In Intangible Heritage of Humanity).
Sunan Kalijaga menjadikan wayang sebagai alat penyebaran Islam. Cerita dalam wayang diubah berdasarkan ajaran islam, seperti Jamus Kalimasada, Wahyu Tohjali, Wahyu Purboningrat, dan Babat Alas Wonomarto.
Dalam pertunjukan, biasanya diselingi nyanyian tembang mocopat yang muncul pada abad ke 15 dan ke-16. Mocopat juga kreasi Walisanga. Syairnya berisi ajaran islam.
Diantaranya Dandanggula karya Sunan Kalijaga, Asmaradana dan Pucung karya Sunan Giri, Durma karya Sunan Bonang, Maskumambang dan Mijil Sunan Kudus, Sinom dan Kinanti Sunan Muria, Pangkur Sunan Drajat.
Selain itu, tembang dolanan seperti cublek-cublek suwung, lir-ilir, jamuran, Sluku Bathik, dll, diantaranya karya Sunan Giri.
Wayang sebanarnya telah dicintai masyarakat sejak zaman Raja Dyah Balitung Kerajaan Mataram Kuno, abad ke 10. Dibuktikan adanya prasasti man-tyasi.***