Dokter Palestina Lulusan UNS Solo Tewas Kena Serangan Bom Israel, Begini Sosoknya

- 9 November 2023, 08:17 WIB
Dokter Palestina Lulusan UNS Solo Tewas Kena Serangan Bom Israel, Begini Sosoknya
Dokter Palestina Lulusan UNS Solo Tewas Kena Serangan Bom Israel, Begini Sosoknya /Dokumen UNS /

BERITASOLORAYA.com- Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Solo turut berduka setelah salah satu lulusannya, dr Mueen Al Shurafa, meninggal dunia lantaran menjadi korban serangan bom Israel. Dokter Mueen diketahui tewas setelah rumahnya di Gaza, Palestina, terkena bom.

Dekan Fakultas Kedokteran (FK) UNS Solo, Prof dr Reviono, menyatakan ikut belasungkawa atas meninggalnya salah satu alumni FK UNS Solo ini. Dokter Reviano membeberkan dr Mueen pernah menempuh pendidikan di UNS pada tahun 2013 silam.

Dokter Mueen Al Shurafa diketahui pernah mengenyam program pendidikan dokter spesialis anestesi di UNS Solo pada tahun 2013 hingga tahun 2018 lalu.

“Saya ikut belasungkawa atas meninggalnya salah satu alumni kami. dr Mueen Al Shurafa yang beliau almarhum adalah mahasiswa dari program pendidikan dokter spesialis anestesi yang masuk pada tahun 2013 dan selesai tahun 2018," kata dia, kepada wartawan di UNS Solo, Kamis 9 November 2023.

Baca Juga: Pemeran My Dearest, Nam Goong Min Ungkap Alasan Main di Drama Tersebut Karena Naskah. Lalu Apa Lagi?

Reviono menjelaskan meski dr Mueen sudah menjadi alumni, tetapi almarhum tetap menjadi bagian dari FK UNS Solo. Dia telah mengabdikan dirinya dengan ilmu dan keterampilan yang dikuasainya selama belajar di UNS Solo.

Hal ini pun menjadi kebanggaan bagi UNS Solo karena almarhum mengabdikan ilmunya dengan ikhlas. Selain itu, terkait apa yang terjadi di Palestina ini segaris dengan kebijakan pemerintah yang mendukung kemerdekaan bangsa.

“Bagi kami FK UNS, alumnusnya sudah juga ikut mendharmabaktikan sesuai dengan kebijakan pemerintah, berjuang dalam suatu negara yang akan meraih kemerdekaan,” ungkap dia.

Sementara itu, Ketua KSM Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran UNS, Purwoko, membeberkan dr Mueen sebelum menjalani PPDs di UNS, dia sudah menempuh S2 FKKM Universitas Gadjah Mada (UGM).

“Beliau orangnya baik santun. Ada beberapa kalimat dalam bahasa Indonesia dia tidak tahu. Dia lebih lancar berbahasa Arab pada saat awal datang. Tapi, setelah tahun ketiga dia sudah terbiasa karena presentasinya harus dengan bahasa Indonesia,” papar dia.

Purwoko menambahkan awalnya dia ingin mundur dari studinya karena terkendala bahasa. Dia kerap kali bertanya kepadanya apabila ada hal yang tidak dia pahami selama berkuliah di UNS.

“Pada saat semester 2 mau mundur karena masalah bahasa. Apalagi kalau ngomongnya terlalu cepat, dia sampai harus membuka kamus. Tapi, pelan-pelan saya rayu, tenaga dia kan digunakan di negaranya,” imbuh dia.

Baca Juga: Potret Najwa Shihab di Aksi Bela Palestina: Bagikan 1000 Semangka hingga Kecam Genosida Anak

Purwoko membeberkan dr Mueen melanjutkan studi bersama 8 rekannya sesama dokter dari Palestina. Ada yang masuk spesialis syaraf, bedah, dan lain-lain. Kebetulan dia yang masuk PPDs UNS dengan spesialis anestesi.

Di sisi lain, dia mengenal baik dr Mueen karena saat itu Purwoko menjabat sebagai Kepala Prodi Anestesiologi & Terapi Intensif UNS. Apalagi dr Mueen menjadi satu-satunya mahasiswa asing di kelas.

Dokter Mueen sempat mengontrak bersama keluarganya di Solo di awal studinya. Namun demikian, belakangan sebelum lulus almarhum tinggal di rumah Purwoko sambil menyelesaikan studinya.

Di samping itu, dr Mueen ternyata tidak sempat mengikuti wisuda kelulusan karena harus kembali ke Palestina saat itu. Ketika itu ada jadwal wisuda pada September 2018.
Akan tetapi, dr Mueen harus pulang ke Gaza pada Agustus 2018, karena saat itulah Rafah pintu masuk ke Gaza dibuka. Apalagi ketika itu dia membawa istri dan anak-anaknya.

Apabila dia tak pulang saat itu, maka tidak tahu kapan bisa kembali ke Tanah Airnya.
Sejak pulang ke Palestina, dr Mueen langsung disibukkan dengan aktivitasnya sebagai dokter. Saat itu dia bekerja di rumah sakit ibu dan anak. Pekerjaannya cukup padat karena harus ikut mengoperasi 10 pasien/hari.

“Di sana mungkin berbeda dengan di sini yang serba ada. Jadi dia sempat meminta rujukan jurnal soal anestesi, maka saya kirim,” tutur dia.

Purwoko bercerita saat peristiwa pengeboman terjadi, anak dan istri dr Mueen mengungsi di Rafah. Sedangkan dr Mueen, orang tua, dan pamannya ada di rumah di Gaza.
Sebenarnya sehari-hari dia berada di rumah sakit.

Akan tetapi, pada Sabtu, 3 November 2023, dia kebetulan pulang ke rumah menengok kondisi orang tuanya. Sayangnya, pada Minggu, 4 November 2023, rumahnya terkena serangan bom dari Israel yang kemudian menewaskannya.***

Editor: Windy Anggraina


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x