Bagi Orang Jawa Pasti Tak Asing Dengan Sekaten, Ternyata Begini Sejarahnya

- 14 Desember 2021, 18:26 WIB
foto sekaten
foto sekaten /Bagus Kurniawan/Portaljogja.com
BERITASOLORAYA.com-Bagi orang Jawa, acara Sekaten tak asing ditelinga mereka. Acara ini merupakan bagian dari Grebeg. 
 
Kraton Surakarta dan Yogyakarta biasanya melaksanakan Grebeg 3 kali setiap tahunnya, yakni Grebeg Syawal saat hari raya Idul fitri.
 
Grebeg Besar saat hari raya Idul Adha, dan Grebeg Maulud atau Sekaten saat Memperingati Maulud Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam.
 
 
Sekaten ialah perayaan Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam, yang sering diadakan di Surakarta dan Yogyakarta. Perayaan ini dimulai di zaman kerajaan Demak.
 
Kerjaan Demak termasuk kerajaan islam pertama di Jawa yang berdiri setelah runtuh nya kerajaan Majapahit tahun 1400 Saka atau 1478 Masehi.
 
Raja pertama kerjaan Demak adalah Raden Patah, beliau merupakan raja yang berupaya untuk menyebarkan ajaran islam ke seluruh penjuru negeri.
 
 
Namun, baginya itu sulit. Lantaran para masyarakat sudah melekat dengan agama sebelumnya, Hindu.
 
Dengan strategi, Raden Patah mengadakan pertemuan dengan para wali sangat. Pada pertemuan mereka membahas tentang bagaimana cara menyiarkan ajaran islam yang akan dimulai dari tanah Jawa.
 
Sunan Kalijaga, mengusulkan agar para masyarakat dibiarkan tetap melaksanakan adat atau tradisi Hindu, namun dibubuhi beberapa perubahan agar sesuai ajaran syariat islam.
 
 
Pada hari lahirnya Raw, di dalam masjid diadakan tabuh gamelan agar orang-orang tertarik untuk datang.
 
Jika sudah berkumpul, kemudian barulah diberi pelajaran tentang Islam.
 
Pelajaran tersebut berisi tentang dasar ajaran islam seperti bunyi kalimat syae serta maksud dan tujuan kalimat tersebut.
 
 
Dan istilah inilah (syahadatain/ dua kalimat syahadat), perayaan Maulud Nabi dicetuskan dengan nama 'Sekaten'.
 
Tradisi ini berlanjut dan diteruskan raja yang memerintah berikutnya hingga masa kerajaan Mataram.
 
Di zaman kerajaan Mataram, Sekaten diadakan dengan tujuan bermacam, dengan tujuan utama memperingati kelahiran Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam.
 
 
Selain itu terdapat kepentingan politik, ekonomi, dan dimanfaatkan sebagai sektor perdagangan.***
 

Editor: Siti Charirotun Nadhifah

Sumber: Buku Sejarah Kebudayaan Islam 9


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x