Kori Kamandungan yang Jadi Lokasi Konflik Keraton Solo Ternyata Sarat Sejarah, Ini Cerita dan Maknanya

- 13 Oktober 2023, 14:52 WIB
Bukan Sembarangan! Kori Kamandungan yang Jadi Lokasi Konflik Keraton Solo Ternyata Sarat Sejarah, Ini Cerita dan Maknanya
Bukan Sembarangan! Kori Kamandungan yang Jadi Lokasi Konflik Keraton Solo Ternyata Sarat Sejarah, Ini Cerita dan Maknanya /BeritaSoloRaya.com/Kalila Laras Tyas/

BERITASOLORAYA.com-Apabila kamu akan memasuki kawasan Keraton Solo pastinya akan memasuki pintu utama yang disebut dengan Kori Kamandungan. Di tempat inilah konflik Keraton Solo antara kedua kubu sempat kembali berseteru di awal pekan ini.

Ternyata Kori Kamandungan ini tak cuma sebatas nama, tetapi memiliki sejarah dan merupakan bangunan cagar budaya. Akses utama masuk ke Keraton Solo ini dibangun pada masa Paku Buwana (PB) II. Selanjutnya Kori Kamandungan dipercantik PB IV tepatnya pada 10 Oktober 1819.

Sayangnya, tempat ini belum sampai selesai diperindah PB IV keburu wafat. Akhirnya pembangunan dilanjutkan PB V lalu PB IX dan disempurnakan oleh Pakubuwono X.
Dikutip Beritasoloraya.com dari surakarta.go.id, Jumat, 13 Oktober 2023, desain Kori Kamandungan ini berbentuk Kupu Tarung dan Dapur Semar Tinandu. Selain itu, terbagi menjadi 3 bagian, yakni kanan, kiri, dan tengah.

Baca Juga: Pelamar Tes PPPK Guru 2023 Total 439.020 Orang, Khusus untuk P1, P2, P3, dan P4, Begini Kata Dirjen GTK

Pada bagian kiri serta kanan bentuknya melengkung di atas pintu. Namun, masing-masing kori atau gerbang ini memiliki lebar yang berbeda-beda. Bagian tengah berukuran 2,67 meter, bagian kanan berukuran 2,30 meter, dan bagian kiri lebar 2,1 meter.

Uniknya, terdapat pahatan senjata keris berwarangka ladrang gaya Solo. Pahatan ini terletak tepat di atas pintu Kamandungan dan terpatri di antara lambang Keraton Solo.
Artinya, bangunan ini menunjukkan raja dan keraton penuh kewibawaan, keagungan, dan kemegahan di dalamnya.

Di Kori Kamandungan ini juga terpasang cermin besar yang menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Akan tetapi, ada makna di balik cermin besar ini lo. Maksudnya, siapapun yang akan masuk kawasan Keraton Solo, baiknya berhenti sejenak untuk bercermin.

Ini dimaksudkan agar mengecek serta mengoreksi apakah penampilannya sudah rapi dan pantas untuk masuk. Maksud lainnya adalah sebagai pengingat supaya dalam bertindak dan bertingkah laku selalu bercermin terlebih dahulu.

Ini sejalan dengan ungkapan dalam bahasa Jawa mulat sariro hangroso wani yang artinya dalam berperilaku dan bertindak di kehidupan perlu dikoreksi apakah sudah pantas, bersih, dan rapi sebelum menghadap kepada Sang Pencipta.

Halaman:

Editor: Windy Anggraina


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x