Mengenal Hypophrenia, Sebuah Kelainan dari Keterbelakangan Mental

30 Mei 2022, 21:56 WIB
Ilustrasi : keadaan mental anak /geralt/pixabay/



BERITASOLORAYA.com – Ada yang menyebutkan bahwa Hypophrenia adalah sebuah kondisi yang membuat seseorang menangis secara tiba-tiba.

Namun pada kenyataannya, Hypophrenia ini adalah kelainan dari keterbelakangan mental seseorang.

Kondisi Hypophrenia ditandai dengan kecerdasan atau kemampuan mental yang di bawah rata-rata.

Baca Juga: Ini 3 Kondisi Peserta PPPK Guru Tahap 3 Tahun 2022, Cek untuk Guru Honorer yang Telah Lulus PG maupun Belum

Hal ini juga disertai dengan kurangnya keterampilan yang dibutuhkan untuk menjalani kehidupan sehari-hari dengan normal.

Menurut kamus psikologi referensi Oxford, Hypophrenia adalah keterbelakangan mental atau disabilitas intelektual.

Orang dengan Hypophrenia akan kesulitan dalam menjalankan fungsi intelektual, fungsi adaptif, kehidupan sosial, keterampilan praktis dan IQ.

Banyak orang yang salah kaprah dan mengira bahwa Hypophrenia merupakan sebuah istilah untuk menjelaskan gangguan mental yang berkaitan dengan fungsi emosional.

Bahkan Hypophrenia sering dianggap sebagai penyebab seseorang menangis tanpa alasan.

Menyebut Hypophrenia sebagai salah satu penyebab dari seseorang menangis tanpa sebab sebenarnya kurang tepat.

Hypophrenia sebenarnya hanyalah nama beken dari keterbelakangan mental yang diidap seseorang.

Baca Juga: Lirik Lagu Tak Perlu Ada Senja oleh Fiersa Besari dan Suara Kayu, Cocok Didengarkan Saat Lagi Sedih

Seseorang yang mengidap Hypophrenia atau keterbelakangan mental biasanya memiliki IQ di bawah 70 atau 75.

Pada umumnya orang-orang Hypophrenia akan kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan sehari-hari.

Penyebab dari Hypophrenia tidak selalu bisa diidentifikasikan oleh dokter. Tetapi menurut dokter dan para ahli ada beberapa penyebab yang mengakibatkan kelainan ini.

Adapun sejumlah kondisi yang menjadi kemungkinan penyebab Hypophrenia adalah sebagai berikut, seperti dikutip BeritaSoloRaya.com dari laman SehatQ :

• Persalinan prematur dan kurang oksigen.

• Penyakit yang diwariskan, seperti fenilketonuria (PKU) atau penyakit Tay-Sachs.

• Kelainan kromosom.

• Paparan zat beracun, obat-obatan terlarang dan alkohol.

• Malnutrisi parah.

• Cedera otak.

• Penyakit parah di awal masa anak-anak, seperti batuk rejan, campak dan meningitis.

Baca Juga: 13 Tempat Wisata di Bandung Rekomendasi yang Populer, Mulai Alam, Wahana hingga Cafe

Hypophrenia atau keterbelakangan mental dibagi menjadi empat tingkat berdasarkan IQ dan kemampuan penderita dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya.

Empat tingkat tersebut di antaranya adalah sebagai berikut ini.

• Ringan, biasanya orang tua baru menyadari bahwa anaknya mengalami Hypophrenia saat si anak tidak mampu mencapai target-target perkembangan umum anak-anak seusianya.

• Sedang, umumnya kelainan ini bisa didiagnosis ketika si anak mencapai usia 18 tahun ke atas.

Anak tersebut akan menunjukkan bahwa dirinya kesulitan beradaptasi dan mengembangkan dirinya.
• Berat, kelainan ini dapat didiagnosis setelah kelahiran si anak.

Anak akan mengalami kelainan berupa prematur dan tubuh yang berbeda dari kebanyakan anak normal lainnya.

• Paling berat, biasanya si anak akan menunjukkan pertanda bahwa dirinya tidak punya kemampuan untuk memahami instruksi atau permintaan seseorang.

Anak tidak bisa bergerak, dia hanya bisa komunikasi nonverbal dan Inkontinensia.

Baca Juga: 7 Tips Belajar Piano untuk Anak yang Perlu Diperhatikan, Mulai Peregangan Hingga Penggunaan Alat Ini

Sebaiknya konsultasikan dan bicarakan dengan dokter untuk mengetahui lebih lanjut mengenai Hypophrenia apabila tampak pertanda pada anak.

Ada baiknya untuk memeriksakan perkembangan lebih lanjut mengenai kemajuan si anak.***

Editor: Rita Azlina

Sumber: SehatQ

Tags

Terkini

Terpopuler