28.000 Data Pribadi Ribuan Polisi Dicuri, Diduga Peretas Berasal Dari Brazil

20 November 2021, 22:09 WIB
Peretas Asing /
BERITASOLORAYA.com-Seorang peretas yang mengaku dari Brazil mengklaim bahwa mereka telah memperoleh data 28.000 petugas polisi Indonesia. Pernyataan tersebut diungkap pada hari minggu ini, dan telah diselediki pihak kepolisian. 
 
Peretas masuk melalui penggunaan pegangan Twitter, yang saat ini ditangguhakan. Mereka berhasil menyusup di server kepolisian nasional Indonesia, dan berhasil mencuri sekitar 28.000 data pribadi. 
 
Peretas menyatakan beberapa data yang berhasil didapat. Diantara data-data tersebut, meliputi, nama, alamat rumah, email, nomor telepon, bahkan golongan darah. 
 
Baca Juga: Aldi Taher “Kembali Dihujat Netizen” Beri Komentar Video Gala Sky Dengan Adik Bibi Ardiansyah
 
Juru bicara kepolisian, Dedy Prasetyo memberikan sebuah rincian lebih lanjut terkait masalah tersebut. Ia mengatakan bahwa saat ini kasus tersebut diselediki oleh pihak cybercrime. 
 
"Saat ini kami sedang menangani kasus tersebut, dan sedang diselidik oleh pihak cybercrime," ungkap Dedy Prasetyo. 
 
Kebocoran data pribadi polisi, diklaim merupakan kasus yang serupa dengan peretasan Badan Siber dan Sandi Indonesia (BSNN) pada bulan yang lalu. Namun, pihak BSNN sendiri belum menanggapi lebih lanjut terkait peretasan. 
 
Baca Juga: Wajib Tahu! Beberapa Bahaya Memainkan Handphone di Kamar Mandi
 
Masalah peretasan yang lainnya terkait bocornya data pribadi status kesehatan Covid-19, sejumlah 1,3 penduduk. Parahnya, data sertifikat vaksin presiden pada minggu yang sama bocor. 
 
Rentang waktu sebulan, pihak kepolisian menginfokan bahwa sedang menyelidiki dugaan peretasan di badan intelijen negara, 10 kementerian pemerintah oleh kelompok yang dikenal sebagai Mustang Panda.
 
Pada bulan Januari hingga Agustus, tercatat sejumlah 888 juta upaya serangan cyber masuk di Indonesia.
 
Baca Juga: Mengenali 4 Alat Instrumen Rukyat Untuk Mengukur Arah Kiblat.
 
Direktur eksekutif Lembaga Penelitian dan Advokasi Kebijakan Lokal, non-pemerintah, Wahyudi Djafar, menyatakan bahwa belum adanya proses investigasi lebih lanjut mengenai tanggung jawab pembobolan. 
 
"Tantanganya, setiap ada pembobolan data yang melibatkan lembaga publik, belum terdapat proses investigasi yang dilaksanakan dengan sebuah pertanggung jawaban," ucapnya.***
 
Disclaimer, artikel ini pernah tayang di Reuters.com dengan judul 'Indonesia probe police hack in latest cyber breach'.***

Editor: Siti Charirotun Nadhifah

Sumber: Reuters

Tags

Terkini

Terpopuler