Kumpulan Puisi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus, HUT RI, Karya Taufik Ismail Tema Perjuangan

4 Agustus 2022, 18:12 WIB
Berikut kumpulan puisi kemerdekaan Indonesia atau HUT RI ke 77 untuk memperingati 17 Agustus karya Taufik Ismail dengan tema perjuangan /facebook/udin/

BERITASOLORAYA.com- Puisi karya Taufik Ismail sangatlah banyak, salah satunya tentang perjuangan yang dapat dibacakan ketika memperingati hari kemerdekaan Indonesia atau HUT RI 17 Agustus.

Menjelang hari kemerdekaan Indonesia atau HUT RI ke 77, kemungkinan saat peringatan 17 Agustus terdapat beberapa orang yang membaca puisi.

Berikut puisi tentang kemerdekaan Indonesia untuk HUT RI ke 77 serta peringatan 17 Agustus karya Taufik Ismail yang dikutip dari beberapa sumber.

Baca Juga: Bharada E Dijerat Pasal 338 KUHP Jo Pasal 55 dan 56 KUHP Buntut Kasus Penembakan Brigadir J, Apa Isinya?

1. Kita adalah Pemilik Sah Republik Ini
Karya: Taufik Ismail

Tidak ada pilihan lain
Kita harus
Berjalan terus
Karena berhenti atau mundur
Berarti hancur
Apakah akan kita jual keyakinan kita
Dalam pengabdian tanpa harga
Akan maukah kita duduk satu meja
Dengan para pembunuh tahun yang lalu
Dalam setiap kalimat yang berakhiran
“Duli Tuanku ?”


Tidak ada lagi pilihan lain
Kita harus
Berjalan terus
Kita adalah manusia bermata sayu, yang di tepi jalan
Mengacungkan tangan untuk oplet dan bus yang penuh
Kita adalah berpuluh juta yang bertahun hidup sengsara
Dipukul banjir, gunung api, kutuk dan hama
Dan bertanya-tanya inikah yang namanya merdeka
Kita yang tidak punya kepentingan dengan seribu slogan
Dan seribu pengeras suara yang hampa suara
Tidak ada lagi pilihan lain
Kita harus
Berjalan terus.
(1966)

Baca Juga: 4 Informasi Penting untuk Pelamar Prioritas dan Umum, Berkaitan dengan Seleksi PPPK Guru 2022, Intip Disini!

 

2. Dengan Puisi Aku
Karya: Taufiq ismail

Dengan puisi aku bernyanyi
Sampai senja umurku nanti
Dengan puisi aku bercinta
Berbaur cakrawala
Dengan puisi aku mengenang
Keabadian Yang Akan Datang
Dengan puisi aku menangis
Jarum waktu bila kejam mengiris
Dengan puisi aku mengutuk
Napas jaman yang busuk
Dengan puisi aku berdoa
Perkenankanlah kiranya


3. Sebuah Jaket Berlumur Darah
Karya: Taufik Ismail

Sebuah jaket berlumur darah
Kami semua telah menatapmu
Telah pergi duka yang agung
Dalam kepedihan bertahun-tahun.


Sebuah sungai membatasi kita
Di bawah terik matahari Jakarta
Antara kebebasan dan penindasan
Berlapis senjata dan sangkur baja
Akan mundurkah kita sekarang
Seraya mengucapkan ’Selamat tinggal perjuangan’
Berikara setia kepada tirani
Dan mengenakan baju kebesaran sang pelayan?.


Spanduk kumal itu, ya spanduk itu
Kami semua telah menatapmu
Dan di atas bangunan-bangunan
Menunduk bendera setengah tiang.


Pesan itu telah sampai kemana-mana
Melalui kendaraan yang melintas
Abang-abang beca, kuli-kuli pelabuhan
Teriakan-teriakan di atas bis kota, pawai-pawai perkasa
Prosesi jenazah ke pemakaman
Mereka berkata
Semuanya berkata
Lanjutkan Perjuangan.

Baca Juga: Intip Deretan Selebriti Hollywood yang Terlibat ’Cinlok’ di Lokasi Syuting, Salah Satunya Pemain James Bond

4. Syair Orang Lapar
Karya: Taufik Ismail


Lapar menyerang desaku
Kentang dipanggang kemarau
Surat orang kampungku
Kuguratkan kertas
Risau
Lapar lautan pidato
Ranah dipanggang kemarau
Ketika berduyun mengemis
Kesinikan hatimu
Kuiris
Lapar di Gunungkidul
Mayat dipanggang kemarau
Berjajar masuk kubur
Kauulang jua
Kalau.


5. Karangan Bunga
Karya: Taufik Ismail

Tiga anak kecil
Dalam langkah malu-malu
Datang ke salemba
Sore itu.

Ini dari kami bertiga
Pita hitam pada karangan bunga
Sebab kami ikut berduka
Bagi kakak yang ditembak mati
Siang tadi.***

Editor: Maulida Cindy Magdalena

Tags

Terkini

Terpopuler