Keluar dari Jabatan Polisi dan Pilih Jadi Teroris, Sofyan Tsauri: Cuma Butuh Satu Jam untuk Cuci Otak Teroris

- 6 April 2021, 13:33 WIB
Sofyan Tsauri, mantan narapidana teroris yang kini jadi agen perubahan, menceritakan momen saat dirinya mencuci otak orang baru.
Sofyan Tsauri, mantan narapidana teroris yang kini jadi agen perubahan, menceritakan momen saat dirinya mencuci otak orang baru. /Tangkap layar YouTube Deddy Corbuzier

PR SOLORAYA – Aksi terorisme yang terjadi di Indonesia beberapa hari ini sukses menjadi sorotan masyarakat Indonesia hingga dunia.

Pada 28 Maret 2021 lalu, aksi terorisme dilakukan oleh sepasang suami istri di Gereja Katedral Makassar.

Beruntung pada aksi terorisme di Makassar itu, tidak menimbulkan korban jiwa lain, kecuali dua orang pelaku bom bunuh diri tersebut.

Tak berselang lama, seorang wanita berusia 25 tahun warga Kelapa Dua Wetan berinisial ZA nekat memasuki Mabes Polri dan menembaki polisi dengan air soft gun.

Baca Juga: Bentuk Donasi untuk Korban Bencana di NTT, Rachel Vennya Girang Sukses Mengumpulkan Rp1 Miliar Semalam

Baca Juga: Basarnas Mulai Temukan Warga yang Terseret Banjir Bandang NTT, Korban Meninggal Hampir 100 Orang

ZA kemudian tewas ditembak oleh petugas setelah ia menembakkan enam peluru dari senjatanya.

Pemerintah Indonesia saat ini memang tengah memperketat pengawasan di masyarakat, agar tidak kecolongan aksi terorisme seperti yang terjadi di Makassar dan Mabes Polri itu.

Prof. Irfan Idris, Direktur Deradikalisasi BNPT, mengatakan bahwa butuh pengawasan ketat di berbagai bidang.

Hal itu lantaran makin banyak orang yang saat ini mudah terpengaruh oleh paham-paham radikal.

Baca Juga: Usai Acara Pernikahan Aurel Hermansyah, Krisdayanti Ngaku Belum Komunikasi Lagi dengan Putrinya

Baca Juga: Genset Jadi Satu-satunya Harapan, Warga Kupang Harus Bayar Rp5.000 untuk Ngecas HP

Pernyataan Idris dalam podcast Deddy Corbuzier itu juga dibenarkan oleh seorang polisi yang juga mantan narapidana terorisme Sofyan Tsauri.

Sofyan yang dulu pernah mempimpin organisasi terorisme di Aceh mengaku hanya butuh waktu satu jam untuk mendoktrin atau mencuci otak orang-orang baru, yang akan bergabung dalam kelompok teroris.

“Saya butuh waktu satu jam hingga dua jam (untuk mendoktrin), apalagi kalau dia punya masalah,” ujar Sofyan, seperti dilansir Pikiranrakyat-Soloraya.com dari YouTube.  

“Dan itu saya buktikan ketika anak-anak Aceh terkesima, siap bergabung, dan siap mengorbankan harta dan jiwanya untuk bergabung dengan kelompok kami, Tanzim Al Qaeda, pada waktu itu,” katanya menambahkan.

Baca Juga: Ramadhan 2021: Jadwal Sholat, Imsak, dan Buka Puasa Kota Surakarta 16 April 2021

Baca Juga: Pimpin Rapat Terbatas Penanganan Bencana di NTT dan NTB, Jokowi Prihatin Lihat Jembatan Ambrol Diterpa Banjir

Sofyan menerangkan dalam proses mencuci otak calon teroris, ia akan membalikkan cara berpikir mereka.

“Saya bilang kalau kita berani mati untuk sesuatu yang tidak jelas, kenapa tidak berani berjuang untuk agama Allah. Saya cuci sedemikian rupa, sampai mereka tertarik dengan iming-iming yang saya berikan,” ujar Sofyan.

Mantan narapidana teroris itu pun mengungkapkan bahwa aksi terorisme bukanlah teori konspirasi dari aparat negara, namun memang ancaman yang nyata.

Saat ini Sofyan memilih kembali kepada ideologi negara Indonesia, yakni Pancasila, setelah bebas dari penjara.

Sofyan yang memilih keluar dari kepolisian, padahal sudah 13 tahun bekerja, dijatuhi hukuman 10 tahun penjara. Namun ia hanya melewati enam tahun penjara saja.

Kini ia menjadi agen perubahan dan mengajak narapidana lain memerangi terorisme yang saat ini diklaim lebih berbahaya.***

Editor: Nopsi Marga

Sumber: YouTube


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah