“Dasar laut jarang sekali berbentuk rata; ini menjadi tantangan kedua,” ujar James Goldrick dikutip PikiranRakyat-SoloRaya.com dari laman The Conversation.
Goldrick menuturkan berkaca dari pengalaman mencari kapal selam Argentina yang hilang pada 2017 silam, butuh waktu hingga 1 tahun untuk mencarinya.
Padahal saat itu kapal itu tenggelam di perairan berkedalaman 900 meter, teknologi yang digunakan adalah sonar berfrekuensi tinggi dan kamera bawah laut.
Baca Juga: Prediksi West Ham Vs Chelsea di Mola TV: Duel Liga Inggris Rebut Zona Liga Champions
“Saat kapal itu ditemukan, tidak ada jaminan awak kapal masih hidup, walaupun badan kapal utuh,” ujar James Goldrick.
“Jika satu atau lebih kompartemen kemasukan air, maka awak kapal mungkin berada di bagian kapal lain, tapi mereka memiliki pasokan udara terbatas. Ini masalah utama,” ujarnya melanjutkan.
Menurut Goldrick, waktu adalah hal yang paling krusial dalam pencarian kapal selam, hal sama terjadi pada KRI Nanggala-402.
Sebagaimana diketahui, pasokan oksigen di kapal itu hanya tersedia untuk sekira 72 jam, hingga Sabtu pagi ini, 24 April 2021.
“Memang ada kemungkinan untuk individu melepaskan diri dari kapal selam yang karam naik ke permukaan, tapi prosedur berbahaya ini semakin berisiko di perairan yang semakin dalam,” ujarnya.***