BERITASOLORAYA.com - Banyak sekali puisi tentang kemerdekaan Indonesia yang diciptakan oleh penyair terkenal di Indonesia, salah satunya adalah W.S. Rendra.
Apalagi waktu menjelang peringatan hari kemerdekaan Indonesia HUT RI ke 77 tanggal pada tanggal 17 Agustus, tentunya banyak yang mencari puisi tentang kemerdekaan Indonesia untuk dibacakan.
Puisi karya W.S. Rendra cocok dijadikan pilihan yang dibawakan saat memperingati hari kemerdekaan Indonesia atau HUT RI ke 77 tersebut.
Puisi karya W.S. Rendra cocok dijadikan pilihan yang dibawakan saat memperingati hari kemerdekaan Indonesia atau HUT RI ke 77 tersebut.
Baca Juga: 53 Daftar Daerah yang Sudah Cairkan Tunjangan Sertifikasi Guru Triwulan 2 per 14 Agustus 2022
Sebagaimana diketahui bahwa pemilihan bahasa puisi W.S Rendra sangat lugas, tegas dan syarat akan makna.
Nah, dua puisi tentang kemerdekaan Indonesia yang dipilih dari karya W.S. Rendra ini berjudul Gerilya dan Doa Seorang Serdadu Sebelum Perang.
Puisi Gerilya dan Doa Seorang Serdadu Sebelum Perang merupakan jenis puisi menggebu-gebu tentang perjuangan dan harapan.
Berikut dua puisi tentang kemerdekaan Indonesia karya W.S. Rendra tersebut secara lengkap sebagaimana dikutip BeritaSoloRaya.com dari berbagai sumber.
Sebagaimana diketahui bahwa pemilihan bahasa puisi W.S Rendra sangat lugas, tegas dan syarat akan makna.
Nah, dua puisi tentang kemerdekaan Indonesia yang dipilih dari karya W.S. Rendra ini berjudul Gerilya dan Doa Seorang Serdadu Sebelum Perang.
Puisi Gerilya dan Doa Seorang Serdadu Sebelum Perang merupakan jenis puisi menggebu-gebu tentang perjuangan dan harapan.
Berikut dua puisi tentang kemerdekaan Indonesia karya W.S. Rendra tersebut secara lengkap sebagaimana dikutip BeritaSoloRaya.com dari berbagai sumber.
Baca Juga: Cek Fakta, Benarkah 5 Tenaga Honorer Tidak Dapat Diangkat Jadi PPPK ? Ternyata Ini Pengecualiannya
1. GERILYA
Karya: W.S. Rendra
Tubuh biru
Tatapan mata biru
Lelaki berguling di jalan
Angin tergantung
Terkecap pahitnya tembakau
Bendungan keluh dan bencana
Tubuh biru
Tatapan mata biru
Lelaki berguling dijalan
Terkecap pahitnya tembakau
Bendungan keluh dan bencana
Tubuh biru
Tatapan mata biru
Lelaki berguling dijalan
Dengan tujuh lubang pelor
Diketuk gerbang langit
Dan menyala mentari muda
Melepas kesumatnya
Diketuk gerbang langit
Dan menyala mentari muda
Melepas kesumatnya
Gadis berjalan di subuh merah
Gengan sayur-mayur di punggung
Melihatnya pertama
Gengan sayur-mayur di punggung
Melihatnya pertama
Ia beri jeritan manis
Dan duka daun wortel
Tubuh biru
Tatapan mata biru
Lelaki berguling dijalan
Dan duka daun wortel
Tubuh biru
Tatapan mata biru
Lelaki berguling dijalan
Orang-orang kampung mengenalnya
Anak janda berambut ombak
Ditimba air bergantang-gantang
Disiram atas tubuhnya
Tubuh biru
tatapan mata biru
lelaki berguling dijalan
Anak janda berambut ombak
Ditimba air bergantang-gantang
Disiram atas tubuhnya
Tubuh biru
tatapan mata biru
lelaki berguling dijalan
Lewat gardu Belanda dengan berani
Berlindung warna malam
Sendiri masuk kota
Ingin ikut ngubur ibunya
Baca Juga: Penting! Cek Syarat untuk Bisa Dapatkan Tunjangan Sertifikasi Guru, Ternyata Begini Ketentuannya
2. DOA SEORANG SERDADU SEBELUM PERANG
Karya: W.S. Rendra
Tuhanku
Berlindung warna malam
Sendiri masuk kota
Ingin ikut ngubur ibunya
Baca Juga: Penting! Cek Syarat untuk Bisa Dapatkan Tunjangan Sertifikasi Guru, Ternyata Begini Ketentuannya
2. DOA SEORANG SERDADU SEBELUM PERANG
Karya: W.S. Rendra
Tuhanku
WajahMu membayang di kota terbakar
Dan firmanMu terguris di atas ribuan
Kuburan yang dangkal
Dan firmanMu terguris di atas ribuan
Kuburan yang dangkal
Anak menangis kehilangan bapa
Tanah sepi kehilangan lelakinya
Bukannya benih yang disebar di bumi subur ini
Tapi bangkai dan wajah mati yang sia-sia
Apabila malam turun nanti
Sempurnalah sudah warna dosa
Dan mesiu kembali lagi bicara
Waktu itu, Tuhanku,
Perkenankan aku membunuh
Perkenankan aku menusukkan sangkurku
Malam dan wajahku
Adalah satu warna
Tanah sepi kehilangan lelakinya
Bukannya benih yang disebar di bumi subur ini
Tapi bangkai dan wajah mati yang sia-sia
Apabila malam turun nanti
Sempurnalah sudah warna dosa
Dan mesiu kembali lagi bicara
Waktu itu, Tuhanku,
Perkenankan aku membunuh
Perkenankan aku menusukkan sangkurku
Malam dan wajahku
Adalah satu warna
Dosa dan nafasku
Adalah satu udara
Adalah satu udara
Tak ada lagi pilihan
Kecuali menyadari
Biarpun bersama penyesalan
Kecuali menyadari
Biarpun bersama penyesalan
Apa yang bisa diucapkan
Oleh bibirku yang terjajah?
Oleh bibirku yang terjajah?
Sementara kulihat kedua lengaMu yang capai
Mendekap bumi yang mengkhianatiMu
Tuhanku
Mendekap bumi yang mengkhianatiMu
Tuhanku
Erat-erat kugenggam senapanku
Perkenankan aku membunuh
Perkenankan aku menusukkan sangkurku.
Baca Juga: Guru Honorer Wajib Siapkan 5 Dokumen Ini, Deadline 19 Agustus, untuk Pemetaan Tenaga Non-ASN
Itulah dua puisi karya W.S. Rendra tentang kemerdekaan Indonesia.
Itulah dua puisi karya W.S. Rendra tentang kemerdekaan Indonesia.