Pemerhati Pendidikan Beberkan Penyebab Pembelajaran Jarak Jauh Kurang Maksimal

- 23 April 2021, 03:00 WIB
Ilustrasi. Seorang pemerhati pendidikan asal Malaysia membeberkan alasan pendidikan jarak jauh (PJJ) kurang optimal.
Ilustrasi. Seorang pemerhati pendidikan asal Malaysia membeberkan alasan pendidikan jarak jauh (PJJ) kurang optimal. /Pikiran Rakyat/Novianti Nurulliah

PR SOLORAYA - Sejak masuknya virus corona di Indonesia pada 2020 lalu, semua aktivitas dihentikan atau dialihkan di rumah termasuk kegiatan belajar mengajar di sekolah.

Pengamat pendidikan sekaligus konsultan pendidikan Universitas Kebangsaan Malaysia Saufi Sauniawati mengatakan pembelajaran jarak jauh (PJJ) yang diterapkan selama pandemi Covid-19 dinilai kurang maksimal.

Kurang optimalnya kegiatan belajar mengajar yang dialihkan di rumah ini karena sebagian besar guru dan siswa belum siap dalam penyelenggaraannya.

Baca Juga: Tak Mau Kecolongan, Pihak Kepolisian Bakal Upayakan Red Notice untuk Jegal Jozpeh Paul Zhang Kabur Lebih Jauh

Banyak faktor lainnya yang menyebabkan PJJ kurang maksimal, salah satunya adalah permasalahan internet yang tidak mendukung.

“Kondisi ini berbeda dengan negara lain. Selain sarana, setidaknya ada beberapa kendala lainnya dalam pembelajaran jarak jauh yang selama ini berjalan, yakni adanya permasalahan sinyal, khususnya di daerah perdalaman atau pedesaan, lalu kesibukan orangtua serta makin borosnya dalam pembelian kuota atau paket internet,” ujar Saufi dalam keterangannya di Jakarta, Kamis 22 April 2021.

Dalam PJJ ini orangtua harus mengambil alih peran guru di sekolah, yang berfungsi sebagai motivator dan bertugas melakukan monitoring serta pendampingan bagi siswa didik.

Baca Juga: Prioritaskan 53 Kru Kapal Selam, Jokowi Sampaikan Pesan ke Keluarga Awak KRI Nanggala-402

Sebagian orangtua mempunyai kesibukan lain sehingga merasa kerepotan tatkala harus berperan menjadi guru untuk anaknya dalam urusan sekolah.

“Akibatnya menimbulkan banyak masalah baru, diantara makin rendahnya motivasi anak dalam belajar,” katanya.

Saufi juga menyoroti keputusan menteri yang mengizinkan pembelajaran tatap muka (PTM) secara terbatas yang akan dilaksanakan pada Juni mendatang, karena ada banyak hal yang perlu disiapkan oleh orangtua dan anak.

Baca Juga: Ramadhan Pembawa Berkah, Begini Perjalanan Adara Salurkan Bantuan ke Palestina

Persiapan ini dimulai dengan mencari aturan terkait dengan pembelajaran tatap muka di lokasi tempat tinggal serta mengajarkan protokol kesehatan dan disiplin dengan jam tidur.

Saufi mengatakan bahwa mesiki PTM terbatas akan diterapkan, tetapi PJJ juga akan tetap ada.

“PTM terbatas belum 100 persen, untuk itu orangtua harus lebih cerdik dalam menyikapi pembelajaran online pada masa mendatang, khususnya terkait dengan sistem evaluasi pembelajaran,” katanya.***

Editor: Nopsi Marga

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah