Mengungkap Kutukan Ilmu Pengetahuan, Dipahami Akademisi, Masyarakat Awam Sulit Mengerti

- 18 Juni 2021, 12:30 WIB
Ilustrasi penelitian. Ahmad Junaidi dari Monash University angkat bicara soal fenomena kutukan ilmu pengetahuan yang sulit dimengerti masyarakat awam.
Ilustrasi penelitian. Ahmad Junaidi dari Monash University angkat bicara soal fenomena kutukan ilmu pengetahuan yang sulit dimengerti masyarakat awam. /Pexels/edward jenner

PR SOLORAYA – Kalangan akademisi memiliki tugas untuk mengkaji sebuah bidang ilmu pengetahuan lalu menuliskan gagasannya terkait hal tersebut.

Ahmad Junaidi dari Monash University angkat bicara terkait hal tersebut, ada fenomena bernama “kutukan ilmu pengetahuan” yang mengiringinya.

Menurut Ahmad Junaidi, kalangan akademisi cenderung kurang memperhatikan upaya membumikan sains kepada masyarakat.

Baca Juga: Umumkan Positif Covid-19, Hanung Bramantyo: Virus Bisa Mengenai Siapa pun, Sudah Vaksin, Atau Belom

Ahmad Junaidi lalu mengutip pernyataan profesor UII Yogyakarta, Edy Suandi Hamid, bahwa kurang menyebarnya riset yang banyak tersebut sebagai “pemborosan besar hasil riset”.

Salah satu penyebabnya adalah kalangan akademisi di Indonesia dituntut untuk menyebarkan gagasannya dalam tulisan di jurnal internasional bereputasi.

Ada gaya penulisan yang lebih sering digunakan mereka menurut Ahmad Junaidi yakni “academese”, sebuah gaya bahasa tinggi.

Baca Juga: Kontennya Tembus 91 Juta View dalam Sebulan, Deddy Corbuzier: Saya Melakukan Ini dengan Penuh Semangat

“Ini menunjukkan bahwa penggunaan bahasa yang tinggi dan rumit merupakan ciri khas yang dilanggengkan oleh budaya publikasi dalam dunia akademik,” tutur Ahmad Junaidi.

Halaman:

Editor: Akhmad Jauhari

Sumber: The Conversation


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x