Dan penataannya menerapkan konsep arsitektur mangkunegaran, mulai dari bentuk ornamen, pilihan warna sampai dengan Frame Tirtonadi yang dijadikan sebagai spot berfoto.
“Penataan kawasan Bendung Tirtonadi ini mengadopsi konsep Arsitektur Mangkunegaran yang terlihat pada bentuk-bentuk ornamen dan penggunaan warna kuning pada pagar pengaman, tiang lampu, kursi taman, gazebo, rumah panel,” jelas Maryadi.
“Serta bangunan yang menjadi ikon baru di Surakarta yaitu Frame Tirtonadi sebagai tempat foto dengan latar Bendung Tirtonadi, Gunung Merapi, dan Merbabu,” lanjut Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Bengawan Solo, Maryadi Utama.
Kemudian, pohon Sala dan Soekarno serta pohon-pohon lainnya yang memiliki kaitan erat dengan Kota Solo ditanam di sepanjang koridor Bendung Tirtonadi untuk menciptakan kesan rindang serta menambah kenyamanan bagi pengunjung.
Pembangunan dan penataan ini mendapatkan komentar positif dari salah seorang warga Solo, Neni Nadiana yang mengatakan bahwa Bendung Tirtonadi sebagai ikon baru Kota Solo.
“Dulu di sini banyak rumah di tepi sungai sehingga kondisinya agak kumuh. Sekarang kalau pagi dan sore jadi tempat wisata sama keluarga, foto-foto, jalan-jalan pakai sepeda,” ujar Neni.
“Apalagi dekat terminal sehingga jadi ikon bagi orang yang baru datang dari luar Solo,” sambungnya.
Kemudian, Afifah sebagai pengunjung mengaku sangat nyaman berada di Bendung Tirtonadi dan berharap agar kebersihannya selalu terjaga serta penambahan fasilitas bermain untuk anak-anak.
Baca Juga: Program Studi Tujuan Dokter Spesialis yang Dibuka pada Beasiswa LPDP, 4 Ini Jadi Prioritas