Konflik Keraton Solo Kembali Memanas, Gibran Pastikan Revitalisasi Jalan Terus

- 10 Oktober 2023, 12:11 WIB
Kori Kamandungan Keraton Solo.
Kori Kamandungan Keraton Solo. /Kalila Laras Tyas/BeritaSoloRaya.com

"Monggo diselesaikan internal saja, intinya kami mohon izin agar pembangunan di sana tetap berjalan. Insyaallah tidak menghambat," tegasnya.

Konflik Keraton Solo ini berawal sejak PB XII yang meninggal tanpa menunjuk putra mahkota pada Juni 2004. Setelah itu kedua anak Sinuhun saling klaim sebagai pemegang tahta yang sah, yakni Hangabehi dan Tedjowulan pada 10 Juli 2004.

Saat itu pula ada rapat Forum Komunikasi Putra-Putri (FKPP) Pakubuwono XII menetapkan KGPH Hangabehi sebagai putra tertua PB XII yang menjadi raja selanjutnya.

Baca Juga: Nilai UTBK Tertinggi selama 4 Tahun Terakhir di Indonesia, Siapa Sajakah Mereka?

Selanjutnya Tedjowulan keluar dari keraton dan diangkat sebagai PB XIII oleh beberapa pihak di Sasana Purnama, Badran, Kotabarat. Konflik makin panas setelah pada KGPH Hangabehi naik tahta sebagai Susuhunan PB XIII pada 10 September 2004.

Tejowulan kembali masuk ke Keraton Solo dan menyelenggarakan upacara Tingalan Jumenengan ke-13 pada April 2017. Setelah itu, PB XIII mengangkat putra mahkota dan permaisuri pada acara Tingalan Jumenengan ke-18.

Adapun yang diangkat menjadi permaisuri adalah Asih Winarni, istri ketiga PB XIII, dan anaknya di nobatkan sebagai putra mahkota dengan gelar Kanjeng Gusti Adipati Anom Sudibyo Rajaputra Narendra Ing Mataram. Akan tetapi, pengangkatan putra mahkota dan permaisuri itu menuai kritik dari pihak Lembaga Dewan Adat, karena dianggap tidak sah secara hukum Adat.***

 

Halaman:

Editor: Anbari Ghaliya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah