Misalnya, lowongan pekerjaan front end, yang harus menguasai beberapa skill front end, ditambah dengan skill dari back end.
Padahal programmer pemula tersebut, hanya memiliki skill sebagai seorang front end developer itulah.
Karena list skill yang begitu banyak, rata-rata programmer merasa berat serta lowongan tersebut bukan untuk dirinya.
Menurut Dea, biasanya yang memposting suatu pekerjaan adalah HRD perusahaan yang bertanya kepada tim developer.
Baca Juga: 11 Kebiasaan Buruk Anak Ini Jangan Diremehkan, Salah Satunya Berhubungan dengan Gawai
“Karena HRD ingin perfect dan ingin mendapatkan pegawai yang sempurna. HRD tersebut langsung mencari ke referensi di situs lowongan pekerjaan dan mendapat spesifikasi skill banyak, maka digunakanlah referensi lowongan tersebut”, ucap Dea Afrizal.
“Jadinya, kalau kualifikasi skill hanya membutuhkan 3-5 skill saja. Sama HRD ditambahkan harus bisa sampai 10 skill, karena mendapatkan referensi yang mungkin salah atau tidak sesuai dengan job yang ingin kita lamar”, lanjut Dea.
Memang tidak semua perusahaan seperti itu, karena ini yang dialami oleh Dea Afrizal.
Menurut Dea, lowongan tersebut memang membuat harapan para programmer yang belajar secara otodidak atau baru lulus, menjadi sulit untuk mencari kerja.