BERITASOLORAYA.com – Keraton Surakarta akan mengadakan wilujengan atau selamatan Lailatul Qadr. Lailatul Qadr ini dipercaya sebagai malam yang mulia bagi umat Islam.
Karena telah menjalankan ibadah, Allah akan memberikan hidayahnya kepada umat Islam yang telah melakukan puasa.
Pada kesempatan itu, Keraton Surakarta selalu mengadakan syukuran atau selamatan.
Selamatan atau syukuran yang diadakan oleh Keraton Surakarta ini sebagai wujud rasa syukur melalui acara wilujengan tumpeng sewu untuk dibawa dari Keraton ke Masjid Agung Keraton Surakarta dan setelah itu dimakan bersama.
Pada malam hari itu orang akan ikut memperingati berjalannya upacara adat. Memperingati malam selikuran ini orang akan melakukan wilujengan atau syukuran di masjid untuk merayakan malam Lailatul Qadr.
Orang Jawa pada hari itu akan membawa pelita-pelita untuk menerangi bulan Ramadhan. Penyambutan malam Lailatul Qadr ini sangat baik untuk dilakukan karena dianggap sebagai bentuk ibadah kepada Allah.
Baca Juga: Diskon Tiket Kereta Api Untuk Mudik Lebaran Hingga 60 Persen, Inilah Daftar Rute yang Tersedia
Jadi semua umat Islam di seluruh dunia dijanjikan oleh Allah untuk diberikan keanugerahan, rahmat dan hidayah yang sudah menjalankan ibadah puasa, Ungkap Gusti Moeng.
Peringatan kemuliaan malam itu diwujudkan dengan acara syukuran atau wilujengan di Keraton Surakarta.
Penyambutan malam Lailatul Qadr ini dilakukan terus untuk mengharap rahmat dan hidayah dari Allah subhanahu wa ta’ala.
Baca Juga: 18 Kombinasi Warna Cat Rumah Bagian Dalam Untuk Menyambut Idul Fitri
Jadi penyambutan malam Lailatul Qadr ini adalah sebagai penanda bahwa Mataram adalah termasuk wilayah Islam.
“Dari suka cita itu, di Keraton Surakarta diwujudkan dengan tumpeng sewu itu,” terang GKR. Koes Moertiyah Wandansari atau yang akrab disapa oleh Gusti Moeng dalam wawancara bersama BeritaSoloRaya.com.
Sejak Sultan Agung Hayengkrokusumo mencanangkan bahwa Mataram adalah kerajaan Islam, dibarengi dengan mensinkronkan penanggalan Jawa dan Hijriah, bahkan banyak buku catatan yang sebenarnya adalah saripati dari Al-Quran itu disampaikan dalam bahasa Jawa.
“Untuk syiar Islamnya itu seperti yang dilakukan oleh para wali terutama Sultan Kalijaga itu dilakukan dengan pujian-pujian yang sebenarnya untuk mengagungkan kepada Allah,” kata Gusti Moeng pada Minggu, 17 April 2022.
Baca Juga: Simak! Berikut Penyebab dan Gejala Depresi
Pujian-pujian tersebut berwujud lagu-lagu yang sampai sekarang masih dijaga. Ada juga lagu-lagu yang termasuk ke dalam dzikir dan dilakukan oleh umat Islam hingga sekarang.***