Usai Gagal dalam Komunike G20 Terakhir, Akan Ada Agenda Khusus untuk Merundingkan Perubahan Iklim

25 Juli 2021, 12:41 WIB
Setelah gagal dalam komunike G20 terakhir, akan diadakan agenda khusus dalam merundingkan perubahan iklim. /Pixabay/Gerd Altmann

PR SOLORAYA - Lebih dari 50 menteri dari berbagai negara akan bertemu di Skotlandia pada agenda COP26 di November mendatang untuk merundingkan konsensus tindakan dalam membatasi pemanasan global.

Presiden yang ditunjuk COP26, Alok Sharma akan menjamu para pejabat selama dua hari untuk mencoba dan membangun landasan bersama serta membuat sketsa garis besar kesepakatan apa pun yang berpotensi dicapai di Glasgow.

Perwakilan dari Amerika Serikat, Cina, Brasil, dan India akan ambil bagian dalam diskusi sementara yang akan menjadi acara menteri tatap muka pertama dalam lebih dari 18 bulan. Beberapa acara akan berlangsung secara virtual.

Baca Juga: Sinopsis NET Drakor Platinum: Pinocchio Episode 2 di NET TV, Dal Po Diam-diam Suka Choi In Ha

Dikutip PRSoloRaya.com dari The Herald pada Minggu, 25 Juli 2021, Sharma akan mengadakan pertemuan di London untuk membentuk visi hasil akhir dari COP26, dan membangun kesatuan tujuan dalam mewujudkannya.

Diskusi akan membahas tujuan utama Pemerintah Inggris untuk menjaga batas kenaikan suhu 1,5 C yang kritis dan berpotensi buruk pada kehidupan.

COP26 dipandang sebagai intervensi paling penting sejak Perjanjian Paris –perjanjian komprehensif pertama di dunia untuk mengatasi perubahan iklim– diamankan pada pembicaraan di Prancis pada tahun 2015.

Baca Juga: 11 Link Twibbon untuk Dukung Tim Indonesia di Olimpiade Tokyo 2020

Di London, para pejabat juga akan berdebat untuk memobilisasi pendanaan iklim, meningkatkan upaya untuk beradaptasi dan mengurangi dampak krisis iklim, kerugian dan kerusakan yang disebabkan oleh perubahan iklim, serta menyelesaikan “buku aturan” untuk implementasi Perjanjian Paris.

Semua negara diharapkan berkomitmen penuh pada Perjanjian Paris untuk mengekang kenaikan suhu hingga 2 C di atas tingkat pra-industri dan mengejar target 1,5 C yang lebih ketat.

Untuk menjaga pemanasan di bawah 1,5 C tersbeut, negara-negara perlu berkomitmen untuk mencapai angka nol bersih emisi karbon pada pertengahan abad ini.

Baca Juga: Kebakaran Kembali Terjadi di China, 14 Orang Tewas dan 12 Luka Parah

Pemerintah Inggris telah berkomitmen menjadi netral karbon pada tahun 2050. Sementara Pemerintah Skotlandia yang telah menyerahkan tanggung jawab terhadap lingkungan, telah membuat janji tersebut pada tahun 2045.

Para pemimpin akan fokus pada pasal 6 Perjanjian Paris, yang menetapkan bagaimana negara-negara dapat mengurangi emisi menggunakan pasar karbon internasional dan pendekatan non-pasar.

“Kita menghadapi masa-masa berbahaya bagi planet kita dan satu-satunya cara kita menjaga masa depannya adalah dengan berada di jalur yang sama," ujar Sharma.

Baca Juga: Hujan Deras Sebabkan Banjir dan Tanah Longsor yang Parah di India, 125 Orang Tewas

“Sebagai menteri yang bertanggung jawab untuk mengatasi perubahan iklim, kami memikul beban dunia di pundak kami," lanjutnya.

“Sangat penting bahwa bersama-sama kita menyingsingkan lengan baju kita, menemukan kesamaan dan secara kolektif menggambarkan bagaimana kita akan membangun masa depan yang lebih hijau dan cerah bagi anak-anak kita dan generasi mendatang,” tutur Ketua agenda COP26 itu.

Sementara itu, negara-negara berkembang telah meminta negara-negara maju untuk memberikan pembiayaan iklim dengan komitmen mengarahkan 50 persen untuk membantu mereka beradaptasi dengan perubahan iklim dan mengatasi kerugian.

Baca Juga: Komenkominfo Adakan Kompetisi Lagu Tema atau Jingle Berhadiah Total Rp46,5 Juta, Simak Selengkapnya

Utusan khusus Amerika Serikat untuk iklim John Kerry mengatakan bahwa, menjelang COP26, negara-negara ekonomi besar perlu mengedepankan tindakan ambisius dan rencana yang matang untuk mewujudkannya.***

Editor: Gracia Tanu Wijaya

Sumber: The Herald

Tags

Terkini

Terpopuler