Nasib Perempuan Palestina di Tengah Serangan Israel, Terpaksa Minum Tablet Penunda Menstruasi

1 November 2023, 17:30 WIB
Nasib Perempuan Palestina di Tengah Serangan Israel /Pixabay/Hosny Salah/

BERITASOLORAYA.com - Nasib perempuan Palestina di tengah serangan Israel sangat memprihatinkan. Mereka terpaksa menelan tablet penunda menstruasi karena kurangnya akses terhadap air bersih.

Serangan Israel yang telah melulu lantakan jalur Gaza membuat perempuan Palestina di Gaza harus meninggalkan rumah mereka dan mengungsi ke tempat yang lebih aman. Sayangnya tempat pengungsian sangat jauh dari kata nyaman.

Mereka harus hidup berdesakan, dan serba kekurangan. Serangan Israel telah membuat akses terhadap air bersih dan alat kebersihan menjadi sulit. Pembalut wanita dan tampon pun menjadi semakin langka.

Baca Juga: Israel Berupaya Cegah Elon Musk Sediakan Starlink Internet di Gaza Palestina

Berikut kondisi perempuan Palestina di tengah Perang Israel Hamas yang dikutip BeritaSoloRaya.com dari berbagai sumber pada Rabu, 1 November 2023.

Terpaksa Minum Tablet Penunda Menstruasi

Kurangnya akses terhadap produk kebersihan menstruasi seperti pembalut wanita dan tampon membuat beberapa perempuan Palestina meminum tablet norethisterone. Mereka menggunakan tablet tersebut untuk menunda siklus menstruasi.

Menurut Dr Walid Abu Hatab, seorang konsultan medis kebidanan dan ginekologi di Nasser Medical Complex di kota selatan Khan Younis, tablet tersebut dapat meningkatkan kadar hormon progesteron hingga bisa menunda menstruasi.

Tablet tersebut biasanya diresepkan untuk pasien yang mengalami pendarahan yang parah, endometriosis, atau untuk mengurangi rasa sakit. Namun, ia juga memiliki efek samping seperti pendarahan vagina yang tidak teratur, mual, pusing, dan perubahan siklus menstruasi.

Meskipun begitu, beberapa perempuan Palestina seperti Salma Khaled mengatakan mereka tidak punya pilihan lain selain meminum tablet tersebut. Apalagi, serangan Israel di jalur Gaza masih terus berlanjut dan entah kapan akan usai.

Sulitnya Akses Air Bersih dan Pembalut

Sejak pergi dari rumahnya dan berlindung di kamp pengungsi Deir el-Balah di Gaza, Salma terus dihinggapi ketakutan, merasa tidak nyaman, dan depresi. Kondisi tersebut memperburuk siklus menstruasinya.

"Saya mengalami hari-hari paling sulit dalam hidup saya selama perang ini," kata Salma. Satu bulan ini ia telah mengalami menstruasi dua kali dengan pendarahan yang hebat.

Padahal, tidak tersedia cukup pembalut di toko ataupun apotik yang masih buka. Kebersihan pun menjadi hal yang mewah, lantaran kurangnya ketersediaan air. Penggunaan kamar mandi dijatah dan mandi hanya bisa dilakukan beberapa hari sekali.

Karena tidak bisa mengontrol siklus menstruasinya yang semakin cepat, serta kurangnya akses terhadap air bersih, Salma pada akhirnya memutuskan untuk mengonsumsi tablet penunda menstruasi.

Baca Juga: Fakta tentang Jalur Gaza Palestina, Populasinya Didominasi Muslim

Stress Berat Akibat Perang

Menurut Nevin Adnan, seorang psikolog dan pekerja sosial yang berbasis di Kota Gaza, wanita biasanya mengalami gejala psikologis dan fisik pada hari-hari sebelum dan selama periode menstruasi mereka.

Gejala-gejala ini dapat memburuk selama masa stres seperti perang yang sedang berlangsung. Ia menambahkan, wanita mungkin mengalami insomnia, gugup konstan dan ketegangan ekstrim.

Saat ini, Adnan mengatakan lebih banyak perempuan di Gaza yang memilih minum pil penunda periode menstruasi untuk menghindari rasa malu karena kurangnya kebersihan, privasi, dan produk kesehatan yang tersedia.

Padahal, penggunaan obat tersebut seharusnya dikonsultasikan terlebih dahulu dengan dokter untuk mengetahui efek sampingnya.

Salma Khaled menyesali berbagai efek psikis dan psikologis yang harus dirasakan perempuan Palestina sejak serangan Israel. Tak hanya perkara menstruasi, mereka juga harus menjadi sumber utama perlindungan, jaminan, dan dukungan bagi anak-anak mereka.

"Dalam perang, kami dipaksa untuk melakukan semua yang kami bisa," katanya, mengacu pada keadaan penderitaan. "Tidak pernah ada pilihan," kata Salma.

Editor: Windy Anggraina

Tags

Terkini

Terpopuler