Menlu China: Amerika Serikat Penyebab Instabilitas di Laut China Selatan

- 8 Maret 2021, 20:19 WIB
Menteri Luar Negeri China Wang Yi
Menteri Luar Negeri China Wang Yi /Reuters/Pool/REUTERS

PR SOLORAYA – Menteri Luar Negeri China, Wang Yi, menuduh Amerika Serikat dan negara-negara barat telah menganggu stabilitas di Laut China Selatan.

Narasi tersebut diungkapkan pada konferensi pers tahunan yang berlangsung selama 90 menit. Wang Yi, memperingatkan Amerika Serikat berkali-kali agar tidak menganggu urusan dalam negerinya.

Sebelumnya, hubungan China dan Amerika Serikat memang sudah memanas. Pada era Pemerintahan Trump, China berselisih berbagai macam masalah, mulai dari teknologi, perdagangan, pandemi Covid-19, dan Taiwan.

Dilansir Pikiranrakyat-Soloraya.com dari Strait Times, Wang Yi mengungkapkan, jika resiko dan ketidakstabilan keamanan di Laut Natunata Utara bersalah dari pihak eksternal.

Baca Juga: Sudi Maafkan Moeldoko Jika Mau Akui Kekeliruannya Rebut Partai Demokrat, AHY: Saya Tetap Hormat

Baca Juga: Temui Mahfud MD Bahas Situasi Partai Demokrat, AHY: Kedaulatan Kami Direbut

Baca Juga: Viral Kuda Nil Diduga Diberi Makan Sampah, Baim Wong: Kurang Ajar Bisa Mati Itu

Menurutnya, China dan negara-negara ASEAN telah mencapai kesepakatan dalam menjaga stabilitas dan perdamian regional di perairan Laut China Selatan.

Namun, Wang Yi kembali menegaskan jika Amerika Serikat dan negara-negara barat, justru menerapkan prinsip kebebasan navigasi. Bagi Wang Yi, upaya tersebut akan menimbulkan perpecahan, apalagi Laut Natunta Utara merupakan perairan yang diperebutkan.

Amerika Serikat, Inggris, dan Australia berlayar di Laut China Selatan seakan menentang klaim Tiongkok, yang memang bersingungan langsung dengan Malaysia, Vietnam, Brunei Darussalam, Filipina, dan Taiwan.

Perairan Laut China Selatan memang diperebutkan, apalagi kawasan tersebut menyimpan sumber daya alam yang potensial.

Perlu diketahui, klaim China menggunakan nine dash line di Laut China Selatan sudah ditentang oleh negara-negara ASEAN. Indonesia, Malaysia, Filipina, Vietnam, Amerika Serikat, Jepang, Prancis, Jerman, dan Inggris telah memprotes klaim China tersebut ke PBB.

Baca Juga: Ada Tambahan 4 Kasus Positif Virus Corona B117, Menkes Budi Gunadi: Kita Sedang Amati Kontak Erat

Baca Juga: Atta Halilintar Beberkan Akan Lamar Aurel Hermansyah Secara Resmi dalam Waktu Dekat

Baca Juga: Siap Tingkatkan Mutu Jurnalisme, Pikiran Rakyat Media Network Susun Modul Uji Kompetensi Wartawan

Terkait perseturuan Tiongkok dengan negara-negara ASEAN, Wang Yi mendorong negosiasi lebih lanjut untuk menetapkan kode etik di Laut China Selatan. Namun pandemi Covid-19 yang berlangsung, membuat setiap negara mengubah prioritas politik luar negerinya.

Sejalan dengan pendapat Dr Collin Koh, peneliti S. Rajratnam School of International Studies (RSIS) mengatakan, pertemuan antara negara-negara ASEAN dan China, tidak akan terwujud sebelum masing-masing negara menyelesaikan persoalan pandeminya.

Disinyalir, Amerika Serikat di bawah Pemerintahan Joe Biden tetap akan bersikap keras terhadap China. Sanksi-sanksi politik yang dilakukan Trump, beberapa diantaranya tidak akan tetap dilanjutkan.

Guna berhadapan dengan Tiongkok, selain Laut China Selatan. Amerika Serikat juga memanfaatkan gejolak yang terjadi di Taiwan.

Bahkan, kebijakan-kebijakan di Washington diprediksi, akan banyak menggandeng negara-negara Asia Tenggara, guna melemahkan kekuatan China di regional.***

Editor: Nopsi Marga

Sumber: Straits Times


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah