Vladimir Putin Konfirmasi Hadir KTT G20 Bali. China Pasang Badan Tak Ingin Rusia Diusir

- 25 Maret 2022, 07:43 WIB
Pertemuan Presiden Jokowi dan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Pertemuan Presiden Jokowi dan Presiden Rusia Vladimir Putin. /dok. Russian Embassy Jakarta/

BERITASOLORAYA.com - Duta besar Rusia untuk Indonesia telah secara resmi mengkonfirmasi kedatangan Vladimir Putin Ke Indonesia dalam acara KTT G20 di Bali.

Hal tersebut muncul sebagai respon terkait dengan sikap AS yang mencoba mengutak-atik keanggotaan Rusia di forum G20.

Dikutip BeritaSoloRaya.com dari artikel Pikiran Rakyat berjudul Roundup: Pro Kontra Kedatangan Vladimir Putin ke KTT G20 di Bali, AS dan Barat Peringatkan Indonesia, berbagai respon pro dan kontra juga perdebatan muncul terkait konfirmasi kedatangan Vladimir Putin Ke Indonesia dalam acara KTT G20 di Bali.

Baca Juga: Boris Johnson Cegah Rusia Gunakan Cadangan Emasnya. Bagaimana Respon Dmitry Peskov?

Sejumlah negara menyatakan penolakannya terhadap kehadiran Presiden Rusia, sebagai buntut dari invasi Ukraina.

Seperti Perdana Menteri Australia, Scott Morrison yang mengatakan bahwa kekhawatirannya telah meningkat tentang rencana Presiden Rusia Vladimir Putin untuk menghadiri KTT G20 berikutnya di Indonesia akhir tahun 2022.

Menurutnya, maksud perkataan tersebut adalah tindakan kekerasan dan agresif Rusia yang telah menindas rakyat sipil Ukraina.

Baca Juga: Persamaan A Business Proposal dengan Twenty Five Twenty One, dari Rating hingga Sama-Sama Disukai Jungkook

Scott Morrison menilai hal tersebut telah menghancurkan aturan hukum internasional.

Dalam pernyataan yang disampaikan pada Kamis, 24 Maret 2022 itu, pemimpin Australia tersebut juga mengaku tidak ingin duduk berdekatan dengan Vladimir Putin.

"Gagasan untuk duduk berdekatan dengan Vladimir Putin yang mana Amerika Serikat sudah menyatakan kejahatan perang di Ukraina, bagi saya adalah langkah yang terlalu jauh," kata Scott Morrison.

Tidak hanya itu, kedatangan Rusia ke KTT G20 di Bali kemungkinan akan menyebabkan perdebatan.

Baca Juga: Menyambut Hari Jumat, Berikut Ini Hukum Khotbah Jumat yang Harus Diketahui

Pasalnya, Amerika Serikat dan Barat diperkirakan akan mengusir Rusia dari acara tersebut.
Terkait rencana AS dan Barat mendepak Rusia, rupanya memantik reaksi keras dari China.

Bahkan China tampak pasang badan jika Rusia diusir dari G20.

"Anggota G20 tidak memiliki wewenang untuk mengusir Rusia dari organisasi tersebut," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin.

Baca Juga: Ketakutan Mawar AFI pada Steno Ricardo Sampai Seperti Ini: Karena Terus Terang...

“G20 merupakan forum utama kerja sama ekonomi internasional. Rusia adalah anggota penting, dan tidak ada an

Juru bicara itu meminta G20 untuk mempraktikkan multilateralisme sejati, memperkuat solidaritas, dan kerja sama untuk menanggapi tantangan yang semakin meningkat, termasuk masalah ekonomi, pembangunan berkelanjutan, ekologi dan kesehatan.

Wang Wenbin memberi keterangan tersebut saat dimintai komentar oleh Reuters, yang bertanya terkait AS dan sekutu Baratnya telah terlibat dalam konsolidasi untuk mengusir Rusia di G20.

Baca Juga: Prancis Luncurkan Kapal Selam Nuklir Ke Laut Lepas. Sebesar Apa Kekuatan Ledaknya?

Hal itu terungkap saat Penasihat Keamanan Nasional Presiden AS, Jake Sullivan mengatakan, tidak bisa menjalani bisnis seperti biasa dengan Rusia di lembaga-lembaga internasional dan dalam komunitas internasional.

Sumber yang dikatakan terlibat dalam diskusi mengatakan kepada Reuters, bahwa AS dan sekutunya menyadari bahwa China, India, Brazil, Afrika Selatan, Arab Saudi, atau lainnya kemungkinan akan memveto setiap dorongan Barat untuk mengusir Rusia dari badan tersebut.

Dengan pemikiran ini, sumber tersebut mengatakan AS dan sekutunya bisa saja melewatkan pertemuan.

Baca Juga: Lirik Lagu Pandangan Pertama oleh RAN, Kurasa Ku Tlah Jatuh Cinta

AS dan Barat pun memperingatkan Indonesia jika masih memberi karpet merah pada Vladimir Putin di helatan G20 nanti.

“Ada diskusi tentang apakah pantas bagi Rusia untuk menjadi bagian dari G20," kata dia.

"Jika Rusia tetap menjadi anggota, itu akan menjadi organisasi yang kurang berguna,” kata seorang sumber senior dari G7 kelompok kekuatan ekonomi Barat yang juga merupakan bagian dari G20, kepada kantor berita tersebut.

Penasehat Keamanan Nasional Presiden AS, Jake Sullivan mengatakan, tidak bisa menjadikan Rusia rekan bisnis di lembaga-lembaga internasional dan dalam komunitas internasional.

Baca Juga: Putin Mewajibkan Pembelian Gas dari Rusia Menggunakan Rubel, Bagaimana Kondisi Pasokannya?

Akan tetapi, seorang pejabat dari anggota G20 Asia mengatakan, mustahil untuk mengeluarkan Rusia dari kelompok itu, kecuali jika memutuskan untuk meninggalkan acara sendiri.

“Tidak ada prosedur untuk mencabut Rusia dari keanggotaan G20,” kata pejabat itu.
Sebelumnya, pada Rabu, 23 Maret 2022, Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Lyudmila Vorobieva mengkonfirmasi bahwa Presiden Putin berencana menghadiri KTT G20 mendatang di Bali pada bulan Oktober.

“Tidak hanya G20, banyak organisasi sekarang di Barat mencoba untuk mengusir Rusia. Organisasi Perdagangan Dunia, Organisasi Kepabeanan Dunia," kata Lyudmila Vorobieva.

Baca Juga: Borahaefication untuk Konser BTS, Las Vegas Jadi Kota Ungu di Bulan April, ARMY Siap?

"Apa yang mereka coba lakukan sebenarnya adalah menghancurkan seluruh sistem perdagangan dan logistik yang telah dibangun dengan susah payah dalam beberapa dekade terakhir," ujarnya menambahkan.

Pertanyaannya adalah mengapa ada reaksi dari Barat yang benar-benar tidak proporsional.
Dikatakan Lyudmila Vorobieva, G20 bukanlah forum untuk membahas atau menyelesaikan krisis.

"Sebenarnya ini adalah forum yang bertujuan untuk memperbaiki situasi ekonomi dan memecahkan sebagian besar masalah ekonomi,” kata Lyudmila Vorobieva.

Baca Juga: 53 Link Twibbon Ramadhan 1443 H Tahun 2022, Desain Bagus dan Elegan, Cocok untuk Foto Profil di Medsos

Pengelompokan G20 terdiri dari 20 anggota, termasuk 19 negara ditambah Uni Eropa, dengan kelompok yang menguasai 80 persen perdagangan dunia, dua pertiga populasi planet ini, dan hampir 90 persen produk dunia bruto.

G20 didirikan pada tahun 1999, organisasi ini dibayangkan sebagai platform utama yang mendorong koordinasi dan kerja sama di berbagai bidang, mulai dari perubahan iklim dan pembangunan berkelanjutan hingga stabilitas keuangan global dan utang hingga Covid-19.*** (Eka Alisa Putri / Pikiran Rakyat)

Editor: Maulida Cindy Magdalena

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah