Ekonom Lingkungan FEB UNS Sebut Industri Ini Salah Satu Biang Kerok Polusi Udara di Jakarta, Simak Solusinya

16 September 2023, 20:34 WIB
Ilustrasi polusi udara di Jakarta /Pixabay/

BERITASOLORAYA.com – Tingginya tingkat polusi udara di Jakarta saat ini tengah menjadi sorotan publik. Lantas apa solusi yang terbaik yang bisa dilakukan untuk mengatasi tingginya tingkat polusi udara di DKI Jakarta?

Dihubungi oleh BeritaSoloRaya.com pada 16 September 2023, Dr. Evi Gravitiani, SE, M.Si yang merupakan ekonom lingkungan FEB UNS menyampaikan bahwa, solusi yang terbaik adalah dengan menyetop salah satu industri yang jadi biang kerok tingginya polusi udara di Jakarta.

Agar lebih paham yuk simak wawancara lengkap dengan ekonom Lingkungan Hidup FEB UNS, Evi Gravitiani berikut ini.

Baca Juga: CEK! Jadwal Acara TV Minggu 17 September 2023 di Indosiar: Live Madura United FC vs Persebaya Surabaya

Evi Gravitiani menuturkan bahwa polusi udara di Jakarta sangat berbahaya terutama untuk kelompok rentan seperti anak-anak dan lansia.

Tercemarnya udara di Jakarta ini dapat dilihat dari nilai Indeks Status Kualitas Udara atau ISM yang menunjukkan nilai ≥ 0,1.

Di mana Evi Gravitiani menjelaskan, dari hasil analisis kualitas udara menunjukkan bahwa wilayah DKI Jakarta tercemar oleh PM2.5 dan PM10, dua partikel polusi berukuran sangat kecil yang berbahaya bagi tubuh manusia dan sistem pernapasan.

Bahkan sebelumnya, Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta juga menyebutkan bahwa pada tahun 2021-2022 kualitas udara di wilayah DKI Jakarta tercemar.

Baca Juga: Ternyata Bukan Hanya Psoriasis Vulgaris. Penyakit Kulit Ini Banyak Jenisnya. Apa Saja? Simak Kata Dokter Ahli

Menurut Evi, sektor transportasi dan polusi dari industri PLTU ikut berkontribusi terhadap buruknya kualitas udara di Jakarta.

Berdasarkan penilaian Indeks Kualitas Udara (AQI) kualitas udara di Jakarta tidak sehat, bahkan sampai dengan 20 kali lebih tinggi dari batas keamanan yang direkomendasikan oleh WHO.

Hal tersebut, tentu membuat Jakarta secara konsisten berada di deretan kota-kota dengan kualitas udara terburuk di dunia.

Maka dari itu menurut Evi Gravitiani, sekarang sudah saatnya Indonesia menyetop polusi udara dengan berhenti pakai batu bara.

Baca Juga: UPDATE PPPK Guru 2023: TERBIT SE Dirjen GTK tentang Kualifikasi Akademik dan Sertifikat Pendidik, Ini Isinya…

Apalagi batu bara dituding sebagai salah satu penyebab polusi udara. Maka dari itu menurut Evi untuk menangani polusi udara, harus menghilangkan penggunaan batu bara. Lalu, menutup PLTU yang menggunakan batu bara di sektor industri misalnya.

Apalagi menurut sebuah penelitian disebutkan bahwa pembakaran batu bara menjadi salah satu penyebab buruknya kualitas udara di Jakarta, yang mana besarnya hampir seperlima polusi udara.

Menurut Evi, dampak terburuk dari batu bara bagi masyarakat Jakarta ialah bisa memperburuk kesehatan mereka.

“Udara adalah barang publik, dimana pemerintah memegang peranan penting untung mengurusnya,” papar Evi Gravitiani.

Baca Juga: Apa itu Penyakit Psoriasis Vulgaris? Ternyata, Gejalanya Cukup Umum! Jangan Abaikan, ini Penjelasannya...

Menurut ekonom lingkungan FEB UNS itu juga, penguatan penyediaan transportasi publik yang memadai dan bebas asap bisa menjadi sebuah solusi terlepas dari polusi udara.

Adanya insentif penggunaan kendaraan ramah lingkungan seperti sepeda pun juga bisa menjadi alternatif yang dapat dilaksanakan.

“Transisi dan konversi energi dari batu bara menjadi energi bersih juga menjadi komponen penting untuk mencapai tujuan bebas polusi udara. Sebaliknya selama batu bara terus dibakar, polusi akan terus ada,” pungkas Evi Gravitiani.***

Editor: Anbari Ghaliya

Tags

Terkini

Terpopuler