Bagaimana Cara Sholat dan Puasa Ramadhan Bagi para Pelaut? Begini Menurut Buya Yahya

2 Februari 2022, 14:11 WIB
ILUSTRASI Pelaut /AFP/Chris Stowers

BERITASOLORAYA.com – Buya Yahya dalam satu kesempatan ceramah memberikan penjelasan tentang cara sholat dan puasa ramadhan bagi seorang pelaut.

Para pelaut yang dimaksud adalah mereka yang bekerja mengarungi lautan hingga ke beberapa negara di dunia.

Mengingat sholat dan puasa ramadhan adalah wajib hukumnya bagi seluruh umat Islam.

Baca Juga: Arema Malang Siap Rekrut Ricky Kambuaya dari Persebaya Surabaya

Dikutip BeritaSoloRaya.com dari kanal YouTube Al-Bahjah TV yang membagikan postingan ceramah Buya Yahya, pada Jumat, 28 Januari 2022.

Penjelasan Buya Yahya ini berangkat dari pertanyaan salah satu jamaah tentang kejelasan ibadahnya ketika sedang bekerja di kapal menjadi seorang pelaut.

Pertanyaan yang diajukan adalah seorang pelaut yang berlayar antar negara, apakah sholatnya boleh diqashar? Apakah juga dianggap sebagai musafir?

Kemudian pelaut tersebut sedang perjalanan ke beberapa negara dalam kondisi puasa Ramadhan, yang mendapati waktu mundur dari biasanya karena perbedaan letak geografis negara, lalu bagaimana hukum puasanya?

Baca Juga: 10 Universitas Terbaik Indonesia Versi Kemendikbud 2021, Ada UGM dan UI

Buya Yahya merupakan seorang ulama yang mampu memberi solusi atas permasalahan yang sering dihadapi manusia berdasarkan dasar agama yang kuat.

“Kabar gembira bagi siapapun, indah orang dalam beribadah,” ucap Buya Yahya.

Seseorang yang selalu menghidupkan ibadah kelak akan mendapatkan pahala yang besar dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

Seperti yang dilakukan seseorang ketika bepergian, yang harus tetap bertanggung jawab atas kelangsungan ibadahnya.

Baca Juga: Jessica Tanoesoedibjo Dilamar Jonathan Natakusuma, Banjir Ucapan Selamat dari Publik Figur

“Selagi Anda di dalam perjalanan yang tujuan Anda lebih dari 80 kilometer, maka Anda boleh mengqashar shalat yang empat rakaat menjadi dua rakaat. Dan boleh dijamak antara Dzuhur dengan Ashar, Maghrib dengan Isya,” kata Buya Yahya.

Seperti hukum jamak dan qashar dalam sholat yaitu bisa dilakukan manakala telah memenuhi syarat yakni harus melakukan perjalanan sepanjang 80 kilometer lebih.

“Asalkan tujuannya lebih dari 80 kilometer maka di sepanjang perjalanan boleh mengqashar dan menjamak sholat, atau hanya salah satunya, dan hal itu lebih diutamakan,” ujar Buya Yahya.

Kemudian kebolehan untuk meng-qashar shalat tersebut ternyata menurut Buya Yahya juga bisa dilakukan sepanjang perjalanan, misalkan hingga berhari-hari, maka tetap boleh meng-qashar atau jamak sholat.

Baca Juga: Rayakan Ulang Tahun Doyoung NCT, NCTzen Buat Doyoung Cafe Event, Ramaikan Tagar My Dear Doyoung Day

“Hidupnya musafir, bepergian, biarpun di dalam kendaraan ada kamar istimewa dan sebagainya, tetap meng-qashar diutamakan,” ucap Buya Yahya.

Maksud dari kalimat tersebut adalah ketika seseorang melaksanakan perjalanan yang jauh dengan kendaraan lengkap sekalipun, maka tetap diistilahkan sebagai seorang musafir.

“Jadi anda boleh meng-qashar sepanjang hidup anda,” kata Buya Yahya.

Adapun penjelasan mengenai puasa, kurang lebih juga sama.

Baca Juga: Persija Kalah dari Persiraja, Marco Motta Diminta Keluar, The Jakmania: Angkat Kaki Jika Bermain Tanpa Hati

Seorang musafir tetap boleh berpuasa, tetapi juga boleh tidak berpuasa asalkan nanti tetap diqadha.

“Harus ada penyesuaian mau berpuasa atau tidak, ketika di perjalanan kemudian puasa itu menyebabkan pingsan atau bahkan sakit, maka haram puasa,” ujar Buya Yahya.

Puasa Ramadhan memang wajib hukumnya untuk dilaksanakan, tetapi kemudian bisa menjadi haram jika menyebabkan marabahaya untuk yang menjalankan.

“Jadi tergantung keadaan, tapi yang jelas boleh secara umum dalam bepergian untuk meninggalkan puasa dengan catatan harus diqadha,” ucap Buya Yahya.

Baca Juga: Makna Antara Bekerja dan Mengaji , Jangan Berpikir Negatif, Begini Kata Gus Baha

Buya Yahya tidak lupa menjelaskan bahwa seorang yang berpuasa harus mengikuti lingkungan sekitarnya.

“Misal puasa di Indonesia meskipun asalnya adalah orang luar negeri, maka harus ikut aturan puasa orang indonesia,” kata Buya Yahya.

Hal ini berkaitan langsung dengan seorang pelaut yang meniatkan diri untuk berpuasa meski berpindah-pindah negara, maka harus mengikuti aturan negara yang sedang disinggahi.

“Jadi kita berpuasa mengikuti tempat dimana matahari terbit atau terbit fajar terbenam matahari, dan berlaku untuk pindah ke negara lain sekalipun,” ujar Buya Yahya.

Baca Juga: Deretan Daftar Drama Korea Ini Akan Tayang Di Bulan Februari 2022

Itulah jawaban Buya Yahya yang cukup jelas dan lugas. Semoga bermanfaat.***

Editor: Anbari Ghaliya

Sumber: Youtube Al-Bahjah TV

Tags

Terkini

Terpopuler