Kamu bisa melakukan itu, juga ciptaan Allah. Bagaimana mungkin kamu merasa uang itu milikmu.
Makanya sama-sama mengaji Al-Qur'an. Kalau orang alim yang kastanya tinggi, tentu ia akan baca yang artinya 'Bahwa semua ini miliknya Allah'.
Baca Juga: NCT 127 Menang Daesang di Seoul Music Awards ke-31, Tuai Protes dari Warganet Korea dan Fans Sendiri
Yang akhirnya bisa melakukan yang artinya 'Aku memberi makan kamu itu ikhlas. Ya tidak ingin kamu balas dan tidak ingin kata terima kasih.
2. Mau seperti apapun sumpeknya (resah, risau, pusing) kita, tetap orang bisa tertawa. Karena apa?
Allah mensifati dirinya, wa annahu huwa adhaka wa abka. Allah itu Adhaka 'Dzat yang bisa memberi orang bisa tertawa'. Wa Abka 'dan dzat yang memberi orang menangis'.
Baca Juga: Kualifikasi Piala Asia Jadi Kabar Baik Untuk Timnas Indonesia, Begini Tanggapan Shin Tae Yong
Karena sifat Allah pasti nafizdah, sifat Allah pasti terjadi.
Kita objek. Makanya orang sumpek (resah, risau, pusing, mumet), hutangnya banyak, istri/suami tidak percaya, tetangga tidak percaya, kalau tertawa keras-keras. Karena Allah Dzat yang memberi tertawa.
Wa abka, sudah Presiden, sudah Gubernur, orang alim, sudah Menteri. Kalau Allah ingin membuat nangis ya menangis.