Mengenal Tradisi Bubur Asyura, Sudah Ada Sejak Zaman Nabi Nuh as?

- 27 Juli 2023, 16:24 WIB
Ilustrasi. Bubur Asyura
Ilustrasi. Bubur Asyura /tangkap layar YouTube Dapur Mas Brewok/



BERITASOLORAYA.com – Bagi masyarakat muslim Indonesia, kuliner tradisional bubur Asyura sudah tidak asing lagi. Sebab, bubur Asyura merupakan kuliner khas yang disajikan oleh umat muslim Indonesia setiap peringatan Hari Asyura pada bulan Muharram.

Tradisi membuat dan membagikan bubur Asyura masih dipertahankan salah satuny oleh masyarakat muslim di Kudus.

Dikutip BeritaSoloRaya.com dari Antara, pada tanggal 9 Muharram 1446 Hijriah yang bertepatan dengan hari Kamis, 27 Juli 2023, masyarakat Kudus membagikan sebanyak 1.050 porsi bubur Asyura.

Tradisi membagikan bubur Asyura ini dilakukan tepatnya oleh warga di sekitar kompleks Masjid Menara Kudus, Desa Kauman, Kudus, Jawa Tengah.

Lalu, sebenarnya apa itu bubur Asyura? Benarkah tradisi bubur Asyura ini sudah ada sejak zaman nabi Nuh as? Simak penjelasan berikut selengkapnya.

Baca Juga: Catat! Ini Niat Puasa Asyura yang Dilaksanakan saat 10 Muharram, Dapatkan Keutamaan dan Pahala Berlimpah

Apa itu Bubur Asyura?

Bubur Asyura merupakan bubur yang dimasak menggunakan delapan bahan utama, meliputi beras, jagung, ketela, kacang polo, hingga kacang hijau.

Seusai dimasak dalam dua tahapan, bubur Asyura kemudian dibagikan kepada warga yang tinggal di sekitar kompleks masjid, menara, serta Makam Sunan Kudus.

Tahun ini, terdapat 1.050 porsi bubur Asyura yang dibagikan kepada warga Kudus.

Sejarah dan Makna Bubur Asyura

Secara umum, tradisi membagikan bubur Asyura mengandung pengungkapan rasa syukur atas keselamatan yang diberikan Allah SWT kepada manusia.

Selain itu, membagikan bubur Asyura yang merupakan tradisi ajaran Sunan Kudus ini juga mengajarkan makna berbagi kepada sesama manusia.

Dirangkum dari berbagai sumber, sejarah bubur Asyura tak lepas dari bentuk rasa syukur Nabi Nuh as bersama umatnya yang telah diselamatkan Allah SWT dari bencana banjir.

Dikisahkan Nabi Nuh as setelah selamat dari banjir besar meminta kaumnya untuk memasak bahan-bahan yang ada, seperti kacang fuul (semacam kedelai), kacang adas, beras, gandum, dan lain-lain. Kemudian, Nabi Nuh as meminta kaumnya untuk memasak bahan-bahan tersebut.

Peristiwa ini disebut terjadi pada hari Asyuro’. Peristiwa ini yang kemudian diterjemahkan masyarakat Jawa menjadi tradisi membagikan bubur Asyura dan masih bertahan hingga sekarang.

Baca Juga: WAJIB TAHU, Inilah Hukum Puasa Tasua dan Asyura yang Dilaksanakan Tanggal 9 dan 10 Muharram…

Nah, itulah sekilas penjelasan mengenai kuliner tradisional bubur Asyura yang tidak bisa dilepaskan dari ajaran Islam tentang bersyukur dan berbagi serta sejarah Nabi Nuh as yang diselamatkan Allah SWT dari banjir besar.***

Editor: Egia Astuti Mardani


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x