PR SOLORAYA – Pada Rabu, 24 Maret 2021 kemarin Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Jakarta Selatan mengadakan operasi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS).
Dari operasi tersebut, Satpol PP Jaksel mengamankan pengamen ondel-ondel, manusia silver, pengemis, pengamen, pedagang asongan, dan manusia gerobak.
Melansir laman Antara, Kepala Satpol PP Jakarta Selatan Ujang Harmawan mengatakan petugas Satpol PP mengamankan banyak pengamen di wilayah Kebayoran Lama, Tebet, dan Kebayoran Baru.
Selain mengamankan pengamen Ondel-ondel, pihak Satpol PP juga melarang penggunaan ondel-ondel di tempat umum.
Baca Juga: Diminta Kirim Sejumlah Uang, Gabriella Larasati Melaporkan Tindakan Pemerasan ke Polda Metro Jaya
Pelarangan itu sontak saja membuat pegiat Ondel-ondel kalang kabut, dan kecewa pada pemerintah.
Sebagaimana diberitakan Pikiran-Rakyat.com dalam artikel “Teriak Pegiat Ondel-ondel Usai Dilarang Pemprov Jakarta: Solusinya Apa?”, Agus, seorang pegiat Ondel-ondel, merasa sangat marah lantaran Ondel-ondel miliknya diangkut Satpol PP.
Pegiat Ondel-ondel yang sudah 11 tahun ini merasa bahwa Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta harusnya melakukan sosialisasi sebelum melakukan operasi.
Karena aksi yang dilakukan Satpol PP itu merugikan salah satu pihak, Agus berharap pemerintah bisa mengajak para pegiat Ondel-ondel untuk diskusi, demi menemukan solusi terbaik.
Baca Juga: Dihujat karena Gantikan Amanda Manopo, Defy Eviyana: Orang-orang Nyerbu Aku
"Jangan ditangkap-tangkapin dulu. Kasih (sosialisasi) beberapa bulan. Nih bulan besok enggak boleh begini lagi. oke pak. Pelan-pelan. enggak bisa langsung bluk (dilarang). Emang kita anak Ayam? maksud saya (diskusikan) di forum," kata Agus mengeluh kepada Pikiran-Rakyat.com, saat ditemui di kediamannya, Kamis, 26 Maret 2021.
Agus merasa alasan Pemprov DKI Jakarta yang merasa Ondel-ondel mengganggu masyarakat tidak masuk akal.
Sementara itu Kasatpol PP DKI Jakarta Arifin mengatakan jika Ondel-ondel saat ini mulai digunakan untuk mengamen.
Hal itu membuat Ondel-ondel yang selama dijadikan simbol Betawi, justru beralih fungsi.*** (Aldiro Syahrian/Pikiran-Rakyat.com)