Program Vaksin Booster Covid-19, WHO : Tidak Masuk Akal dan Salah Sasaran

14 November 2021, 19:12 WIB
Ilustrasi Covid 19 varian Mu /Pixabay/Alexandra_Koch/

BERITASOLORAYA.com - Kasus dibalik program Vaksin Booster Covid-19, baru baru ini dibongkar oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Program tersebut dianggap telah menciptakan ketimpangan vaksin secara global.

WHO menambahkan,  masih banyak negara yang belum menyelesaikan vaksin dosis ke 1 dan ke 2 bagi penduduknya, oleh karena itu program Vaksin Booster Covid-19 dinilai tidak masuk akal.

Program vaksinasi sebaiknya lebih berfokus untuk memastikan golongan yang rentan agar mendapatkan suntikan, demikian himbau WHO ketika naiknya angka kasus Covid-19 di Eropa.

Baca Juga: Curhat Gisel Akibat Video 19 Detik, Hidup Berantakan Sampai Merasa Terhakimi.

Dikutip dari Pikiran Rakyat, Hampir dua juta kasus Virus Corona ditemukan di Eropa pada pekan lalu dan hal itu telah menjadikan Eropa menjadi pusat pandemi Covid-19.

Tedros Adhanom Ghebreyesus yang menjabat sebagai ketua WHO mengatakan dalam satu minggu sejak kasus pandemi dimulai kasus yang terbanyak ada di Eropa.

Namun, ketika negara negara di Eropa berusaha keras untuk menekan angka penularan dengan cara pembatasan kembali serta menyalurkan vaksin dan booster lebih banyak lagi.

Baca Juga: 14 November 2021 (1) Ini Cara Membuat Emoji Kepala Batu di Status WhatsApp, TikTok dan Instagram

WHO menghimbau negara negara tersebut agar memastikan vaksin bisa diberikan terlebih dahulu kepada yang lebih membutuhkan di benua tersebut dan sekitarnya.

"Ini bukan hanya tentang berapa banyak orang yang divaksinasi. Ini tentang siapa yang divaksinasi," kata Tedros.

"Tidak masuk akal untuk memberikan booster kepada orang dewasa yang sehat, atau memvaksinasi anak-anak, ketika petugas kesehatan, orang tua dan kelompok berisiko tinggi lainnya di seluruh dunia masih menunggu dosis pertama mereka," tambahnya.

Baca Juga: Beberapa Tanda Kamu Cape Psikis! Pernah Mengalaminya?

Walaupun WHO telah menghimbau untuk menunda program booster sampai akhir tahun dan berfokus kepada negara negara miskin, tetap saja banyak negara yang telah melakukan program tersebut kepada warganya.

"Setiap hari, ada enam kali lebih banyak booster yang diberikan secara global daripada dosis utama di negara-negara berpenghasilan rendah," kata Tedros, menegaskan bahwa 'ini adalah skandal yang harus dihentikan sekarang'.

Michael Ryan selaku direktur kedaruratan WHO menghimbau agar negara negara kaya juga melakukan upaya yang lebih terarah kepada yang menolak untuk divaksin.

Baca Juga: Tips Merawat Kulit Wajah Yang Disesuaikan dengan Jenis Kulit

Dia menambahkan dengan contoh, di negara-negara yang melakukan vaksinasi secara menyeluruh, dapat menekan angka kematian dan rawat inap akibat Covid-19, karena suntikan sangat efektif sebagai perlindungan terhadap Covid-19.

Michael Ryan juga memperingatkan walaupun di negara –negara yang telah melakukan vaksin secara menyeluruh, jika sumber populasi yang rentan tidak divaksinasi maka angka penularan akan kembali tinggi.

"Jika Anda berada di Eropa sekarang, di mana kita memiliki penularan yang intens, dan Anda berada dalam risiko tinggi kelompok rentan atau orang yang lebih tua dan Anda tidak divaksinasi, taruhan terbaik Anda adalah mendapatkan vaksinasi," katanya kepada wartawan.

 Baca Juga: Polisi Temukan Bukti Baru di Teror Keluarga Aktivis Veronica Koman

Michael Ryan memberikan contoh dari sebuah hasil penelitian yang belakangan ini dilakukan di Inggris, dimana risiko meninggal mencapai 32 kali lipat bagi orang yang tidak mendapatkan suntikan vaksin.

"Itu peluang yang sangat bagus jika Anda ingin melihatnya dalam hal sesuatu yang meningkatkan peluang hidup Anda," ungkapnya.***

Editor: Novrisia Yulisdasari

Sumber: Pikiran Rakyat

Tags

Terkini

Terpopuler