Tahun ini dari alokasi APBN untuk Kementerian Pertahanan sebesar Rp 137,2 triliun, hanya sekitar Rp 42,65 triliun dialokasikan untuk program modernisasi alutsista, non alutsista, dan sarana prasarana pertahanan.
Dilihat dari alokasi anggaran untuk peremajaan alutsista, presentase anggaran untuk pengadaan alutsista dalam negeri jauh lebih kecil.
Baca Juga: Polisi Bongkar Praktik Mafia Bandara, Cukup Bayar Rp6,5 Juta Bisa Lolos Karantina
Amin berpendapat bahwa ada tiga strategi untuk penguatan BUMN alutsista.
Strategi pertama, meningkatkan kapasitas produksi alutsista yang selama ini sudah dikerjakan oleh BUMN.
Strategi pertama ini harus diikuti dengan strategi kedua yaitu memperbesar belanja alutsista buatan BUMN.
Baca Juga: Munarman akan Ajukan Pra Peradilan, Aziz Yanuar Sebut Puluhan Kuasa Hukum Siap Membantu
Strategi ketiga yaitu pengadaan alutsista buatan negara lain yang proses produksinya berkolaborasi dengan BUMN seperti halnya pembuatan Kapal Selam KRI Alugoro yang diproduksi bersama Indonesia - Korea Selatan.
Ada dua keuntungan dengan model pengadaan seperti itu. Selain terjadi alih teknologi, juga bisa menghemat pengeluaran negara.
Sebagai perbandingan, biaya untuk membangun KRI Alugoro negara hanya mengeluarkan Rp1,5 triliun, sedangkan harga kapal selam impor yang sekelas KRI Alugoro bisa mencapai puluhan kali lipat.