Dilema Vaksinasi Covid-19 Dunia. Negara Kaya Ingin Booster, Negara Miskin Tenggelam Dalam Pandemi.

- 17 November 2021, 15:48 WIB
Ilustrasi vaksinasi.
Ilustrasi vaksinasi. /

 

BERITASOLORAYA.com - Program Vaksinasi Covid-19 di dunia mengalami masalah yang cukup pelik. Dimana pandemi tengah melanda negara-negara miskin dalam kondisi yang cukup parah, negara-negara kaya malah berlomba-lomba ingin melakukan vaksinasi booster.

Utusan khusus Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk Covid-19, dr. David Nabarro, mengatakan bahwa pandemi masih melingkupi dunia dengan angka kematian mencapai 5413 dalam 24 jam terakhir.

 “Ini adalah penyakit yang sekarang secara fundamental dialami oleh orang-orang miskin dan negara-negara miskin,” tambahnya sebagaimana dikutip Pikiran-Rakyat.com dari The Guardian, serta dituliskan dalam artikel serupa dengan judul : “Vaksinasi Dunia Jauh Dari Setara, Covid-19 Kini Menjadi Pandemi Negara-Negara Miskin”.

Baca Juga: KemenkopUKM Berikan Apresiasi Pada Perhimpunan Pelajar Indonesia: Agar Pelaku UKM Muda Termotivasi

Nabarro menambahkan bahwa negara-negara kaya tersebut sedang melakukan pertaruha  besar dengan memvaksinasi populasi dari pandemi aktif.

Ada negara-negara yang keberatan untuk menerapkan kembali aturan pemakaian masker dan social distancing, ada juga negara yang khawatir akan varian baru yang tidak bisa dilawan dengan vaksin.

 “Jika ada peningkatan vaksin untuk booster, itu hanya akan memiliki konsekuensi global yang sangat ekstrem, dan semua orang perlu tahu itu,” katanya.

Baca Juga: Panik Lihat Kondisi Rafathar Setelah Terjatuh dari Kuda, Gigi Ingin Rafathar di Rontgen

Menurut data resmi, lebih dari 22% orang di Inggris berusia 12 tahun atau lebih telah mendapatkan dosis booster, sementara diperkirakan 68,6% dari seluruh populasi memiliki setidaknya dua suntikan.

Menurut data Our World in Data, sejumlah negara di Afrika memiliki tingkat vaksinasi yang sangat rendah, contohnya Nigeria yang hanya 2,8%. Data WHO juga menyebutkan bahwa di Afrika hanya 6% orang yang telah mendapatkan vaksin komplit per Oktober.

Ini merupakan suatu situasi yang sangat mengerikan diungkapkan oleh penasihat kebijakan kesehatan untuk Oxfam dan penasihat kebijakan Aliansi Vaksin Rakyat, Anna Marriot, pada pertemuan kelompok parlemen semua partai tentang virus corona (APPG) pada hari Selasa.

Baca Juga: Siap Diperiksa KPK Soal Bisnis PCR, Erick Thohir Akan Taat Hukum

“Jika kita melihat negara-negara berpenghasilan rendah secara keseluruhan, yang mengejutkan, kurang dari 1% dari total pasokan vaksin telah dikirim ke negara-negara termiskin, banyak di antaranya berada di Afrika ,” kata Anna.

Anna juga mengatakan bahwa perusahaan farmasi juga telah mengganti prioritasnya kepada negara negara kaya.

 “Negara-negara kaya telah mendorong diri mereka sendiri ke garis depan antrian vaksin dengan rela membayar lebih tinggi dari harga yang diperlukan,” katanya.

Baca Juga: Bingung Nyari Lokasi Untuk Prewedding? Ini Beberapa Pilihan Keren Di Kota Bandung.

Direktur divisi pasokan Unicef, Eva Kadilli dan beberapa ahli lainnya mengatakan bahwa vaksin yang didonasikan negara-negara kaya mempunyai batas tanggal pemakaian yang singkat.

Sehingga sistem perawatan kesehatan harus berjuang untuk menggunakannya tepat waktu, ditambah lagi masalah pendistribusian dan masalah penyimpanannya.

Vaksin yang telah expired mendekati angka 700.000 dan hal ini bisa berefek akan menambah keraguan masyarakat. Hal itu dikatakan oleh Dr Nicaise Ndembi, kepala penasihat sains untuk CDC Afrika (Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Afrika).

Baca Juga: Begini Cara Membangun Relasi Yang Kuat Antara Orang Tua Dan Anak Di Zaman Digital

 “Jika orang-orang sadar bahwa kami menghancurkan vaksin, mereka yakin ada sesuatu yang salah,” katanya.***

Editor: Novrisia Yulisdasari

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x