“Dari berbagai informasi detail yang ada, kita bisa menganalisa faktor-faktor yang membuat Bu Noto mampu menyumbangkan putranya untuk memimpin bangsa diantara ratusan juta penduduk di Indonesia,” tutur Hamid.
Hamid menitik beratkan pentingnya buku biografis seperti Energi Sudjiatmi ini untuk ditulis dengan menunjuk pada salah satu keadaan generasi yatim-piatu akan literatur yang rasional dan lengkap di tengah kecerdasan buatan.
Hamid mengaku walaupun nasib buku telah tergeser dengan format digital yang dinilai lebih praktis dan digeser dengan beragam konten yang dangkal, namun pembaca di tanah air ini tidak pernah kehilangan penggemar pembeli buku cetak.
“Ini menjadi semacam modal untuk melangkah ke dalam tahap selanjutnya, yaitu kualitas buku,” ujar Hamid Basyaib.
Baca Juga: 6 Kesalahan Orang Tua yang Buat Anak Jadi Keras Kepala, Begini Menurut Elly Risman
Tiap manusia pada dasarnya mempunyai hasrat ingin tahu yang tinggi, terutama anak-anak. Oleh sebab itu, untuk mengisi kehausan tersebut maka sebuah buku harus dibuat dengan serius.
“Harus berlelah-lelah terlebih dahulu, tidak asal jadi buku,” sambung Hamid.
Menurut Hamid, letak argumentasi buku Energi Sudjiatmi terletak pada nilai-nilai revolusi mental yang perspektifnya dibuat oleh editor buku sekaligus penulisnya yang berjumlah lebih dari 20 tokoh.
Terdapat beragam contoh dari tindakan nyata Ibu Sudjiatmi semasa hidup beliau sebagaimana memiliki rasa sabar, mandiri, jujur, loyal, disiplin, sportif, bertanggung jawab dan lain sebagainya. Hal-hal semacam ini kemudian dianalisa oleh seorang editor.
Tak hanya Iit Sriyantini, Ida Yati, dan Titik Ritawati, ketiganya adik Presiden Jokowi, yang tak sanggup membendung air mata saat menyaksikan video peluncuran buku “Energi Sudjiatmi, Revolusi Mental Ibunda Presiden Jokowi”, tapi juga sejumlah peserta dan bahkan pengurus Yayasan Indonesia Sentris Center (Indonesiasentris Foundation) selaku penyelenggara peluncuran buku ini.