BMKG: Tahun 2023 Berpotensi Menjadi Tahun Terpanas Sepanjang Sejarah

- 21 November 2023, 07:55 WIB
Ilustrasi cuaca dengan suhu terpanas sepanjang sejarah
Ilustrasi cuaca dengan suhu terpanas sepanjang sejarah /Mary Taylor

BERITASOLORAYA.com – Panasnya suhu udara di Indonesia pada musim kemarau tahun 2023 berpotensi menjadi tahun terpanas sepanjang sejarah. Sebab, untuk pertama kalinya fenomena heatwave terjadi di banyak tempat.

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati, dalam laman Instagram @infobmkg, Senin, 20 November 2023, mengatakan fenomena heatwave di Indonesia terjadi di banyak tempat secara bersamaan dimana suhu permukaan dapat mencapai 40 derajat celsius.

Menurutnya, hal itu diakibatkan adanya perubahan iklim sehingga mengakibatkan zona global water hotspot atau zona kekeringan dan berpotensi akan terjadi krisis air dan krisis pangan.
 

Oleh karenanya, masyarakat harus melakukan adaptasi dan memitigasi perubahan iklim yang terjadi.

Dari data World Meteorogical Organization atau WMO, tercatat beberapa wilayah di dunia mencapai suhu permukaan diatas 40 derajat celsius pada tahun ini. Berikut lokasi yang suhunya terpanas di dunia:
 
Juli 2023
 
Sardinia, Italia suhunya 48 derajat celsius
Rodhes, Yunani suhunya 49 derajat celsius
Maroko dan Afrika Utara suhunya lebih dari 47 derajat celsius
Gunma, Jepang suhunya lebih dari 39,7 derajat celsius
Amerika Barat maksimal suhunya 53 derajat celsius. Sedangkan selama 31 hari secara berurutan suhunya lebih dari 43 derajat celsius
 
April 2023
 
Gelombang panas di India, China, Laos, Thailand
Setidaknya ada 6 kota di India yang suhunya diatas 44 derajat celsius
Nepal suhunya lebih dari 40 derajat celsius
Tak, Thailand suhunya lebih dari 45,4 derajat celsius
 
Agustus 2023
 
Bolivia suhunya menjadi 45 derajat celsius
Paraguay suhunya menjadi 41,9 derajat celsius
 

Dari data BMKG, suhu maksimum di Indonesia saat itu mencapai 38 derajat selsius. Hal ini disebabkan karena 60 persen luas area Indonesia adalah laut dengan atmosfer yang relatif lembab.

“Tahun ini bisa menjadi tahun terpanas sepanjang sejarah. Sebab, sebelumnya tidak pernah terjadi heatwave secara bersamaan di banyak lokasi di dunia,” tutur Dwikorita.

Tidak hanya gelombang panas, dampak perubahan iklim juga mempengaruhi pangan dan debit air. Perubahan iklim juga memberi tekanan tambahan pada sumber daya air yang sudah langka dan menghasilkan apa yang dikenal dengan waterhotspot.

Apabila hal itu terus terjadi, maka bencana kelaparan dan krisis pangan diprediksi akan
terjadi pada tahun 2050.
 

Dwikorita juga menyatakan jika FAO atau Food and Agriculture Organization mendata lebih dari 500 petani skala kecil yang memproduksi 80% dari stok pangan dunia, adalah yang paling rentan terhadap perubahan iklim.

Untuk mencegah hal itu, Dwikorita mengimbau masyarakat untuk melakukan adaptasi dan memitigasi dampak perubahan iklim.
 
Seperti mengurangi emisi gas rumah kaca menjadi energi ramah lingkungan. Selain itu, menghemat listrik, mengelola sampah, pengurangan energi fosil dan mengurangi penggunaan plastik. Juga menanam pohon dan restorasi mangrove.***

Editor: Anbari Ghaliya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x