F1: Sejarah Lengkap dari Perang Dunia Sampai Politik Penuh Drama

- 20 Maret 2023, 06:31 WIB
Ilustrasi. Sejarah balapan Formula 1 atau F1
Ilustrasi. Sejarah balapan Formula 1 atau F1 /Pixabay/Michael4Wien/

BERITASOLORAYA.com - Formula 1 atau F1 Yang pada awalnya dan secara singkat dikenal sebagai Formula A dapat ditelusuri akarnya kembali ke hari-hari awal balap motor. Rencana kejuaraan pembalap F1 didiskusikan pada akhir 1930-an, tetapi dibatalkan dengan dimulainya Perang Dunia Kedua.

Pada tahun 1946, ide untuk mengadakan balapan F1 dihidupkan kembali ketika Federasi Otomotif Internasional atau FIA dibentuk sebagai badan pengatur mobil dan balap motor internasional.

Pada tahun 1947, FIA mengumumkan rencana untuk membuat sebuah kelas balap mobil yang dengan tujuan untuk mempromosikan kemajuan teknologi dalam otomotif.

Butuh waktu hingga tahun 1950 untuk menyelesaikan detailnya dan pada Mei 1950 balapan kejuaraan dunia pertama diadakan di Silverstone, Inggris. Hanya tujuh dari dua puluh atau lebih seri balapan F1 musim itu yang diperhitungkan untuk meraih gelar.

Baca Juga: Ternyata Dalam Seleksi PPPK Tenaga Teknis 2022 Ada Jaminan Ini dari Kementerian PANRB. Apa Ya? Cek di Sini...

Meskipun lebih banyak balapan yang dimasukkan dalam kejuaraan, ada banyak balapan F1 non-kejuaraan. Balapan non-kejuaraan berlanjut hingga 1983 ketika biaya yang tinggi membuat balapan ini tidak menguntungkan.

Kejuaraan F1 pada masa itu dipenuhi dengan privateer atau pembalap yang membiayai balapan secara mandiri. Meski demikian, formula tersebut didominasi oleh pabrikan besar sebelum perang seperti Alfa Romeo, Ferrari, Maserati, dan Mercedes Benz.

Meskipun Giuseppe ‘Nino’ Farina memenangkan gelar perdananya, tapi pembalap kunci F1 pada tahun 1950-an adalah Juan Manuel Fangio yang memenangkan kejuaraan pembalap pada tahun 1951, 1954, 1955, 1956 dan 1957 dengan lima pabrikan berbeda.

Baca Juga: PSSI akan Bawa Hasil Sarasehan dengan Asosiasi Provinsi untuk Bertemu AFC, Ada Apa?

F1 pada masa itu adalah masa yang tidak mudah. Pada tahun 1952 dan 1953, kurangnya pendatang membuat pihak berwenang menjalankan balapan dengan peraturan Formula Dua. Alberto Ascari menjadi juara pada dua tahun itu.

Dari 20 merek yang berkompetisi pada tahun 1950-an, sebagian besar segera tersingkir karena biaya. Hanya Ferrari yang berkompetisi sejak awal. Korban tewas dalam balapan juga sangat mengerikan, 13 pembalap tewas di mobil F1 dalam dekade pertama.

Mobil F1 memiliki kemajuan teknologi yang sangat pesat. Musim pertama dijalankan menggunakan mobil sebelum perang seperti Alfa 158 yang menggunakan mesin 4,5 liter atau 1,5 liter dengan turbo.

Baca Juga: Sempat Nikahi Ibu Sendiri, Andhika Gumilang Bertaubat di Tengah Proses Sakaratul Maut yang Dialaminya

Pada tahun 1954 mesin dibatasi hingga 2,5 liter. Mercedes Benz membuat perkembangan besar di F1, bahkan sampai mereka menarik diri dari semua olahraga motor setelah bencana tahun 1955 di Le Mans.

Pada akhir 1950-an Cooper memperkenalkan mobil bermesin belakang dan pada tahun 1961 semua pabrikan mengikutinya. Pada tahun 1958 kejuaraan konstruktor diperkenalkan.

Era dominasi Inggris dimulai oleh kemenangan kejuaraan Mike Hawthorn pada tahun 1958 meskipun Stirling Moss berada di garis depan balapan, tapi belum pernah mengamankan gelar juara dunia.

Baca Juga: Kemenhub Siapkan 3 Jalur untuk Mudik Gratis, Catat Tanggal Keberangkatannya!

Pembalap Inggris dan negara persemakmurannya memenangkan sembilan kejuaraan pembalap dan tim Inggris memenangkan sepuluh gelar konstruktor antara tahun 1962 dan 1973. Pembalap tersebut antara lain Denny Hulme, Jim Clark, Graham Hill, Jackie Stewart, Jack Brabham, dan John Surtees.

British Racing Green Lotus yang ikonis dengan sasis monocoque aluminium-sheet yang jauh lebih revolusioner daripada desain space-frame tradisional adalah mobil yang dominan. Pada tahun 1968, tim tersebut mendobrak batasan baru ketika mereka menjadi yang pertama membawa iklan di mobil mereka.

Pada tahun 1970, Jochen Rindt dari tim Lotus memenangkan kejuaraan pembalap F1 secara anumerta. Dia meninggal pada seri balapan di Italia. Penggantinya adalah Emerson Fittipaldi yang menjuarai F1 di tahun 1972 dan 1974. Disela tahun tersebut ada Jackie Stewart yang menjadi juara tahun 1971 dan 1973 untuk Tim baru Tyrrell.

Baca Juga: Hanya 1 Hari Lagi, Seleksi Kompetensi PPPK Tenaga Teknis 2022 Nias Barat Digelar. Pemkab Rilis Info Lengkap...

Lotus kembali menjadi inovator F1 ketika mereka memperkenalkan teknologi aerodinamika yang memberikan gaya tekan ke bawah yang sangat besar dan kecepatan menikung yang sangat meningkat.

Pada awal tahun 1970-an era privateer hampir berakhir karena biaya balap di F1 yang meroket. Dilain sisi, muncul mobil dengan turbocharger dengan kecepatan dan tenaga yang semakin tinggi.

Jackie Stewart pensiun dari F1 menjelang balapan terakhirnya setelah kematian teman dekat dan rekan setimnya Francois Cevert dalam latihan menjelang Grand Prix AS 1973.

Pada tahun 1975, Fittipaldi menolak untuk mengemudi di Grand Prix Spanyol yang dihentikan setelah 29 lap ketika sebuah mobil menabrak kerumunan dan menewaskan empat penonton.

Baca Juga: Berikut 6 Alasan Munculnya Sakit Gigi, Jangan Anggap Remeh Deh

Ferrari mulai menegaskan kembali diri mereka dengan pembalap Niki Lauda dan Clay Regazzoni yang pertama merebut gelar pertama dari tiga gelar pembalap pada tahun 1975.

Niki Lauda memenangkan enam dari sembilan balapan pertama pada tahun 1976 sebelum kecelakaan yang mengerikan di Grand Prix Jerman membuatnya terbakar parah yang membuat harapan hidupnya sangat kecil.

Hampir tidak dapat dipercaya dia kembali ke kokpit enam minggu kemudian dan kejuaraan berakhir dengan James Hunt mengalahkan Niki Lauda yang pemberani di balapan terakhir.

Lotus kembali memimpin pada tahun 1978 dengan memperkenalkan teknologi ground-effect, yaitu sebuah gagasan menggunakan side skirt dan desain bagian bawah bodi mobil untuk memberikan daya cengkram yang lebih baik.

Inovasi dari Lotus tersebut membuat Mario Andretti menjadi juara dunia dengan memenangkan enam seri dari total 16 balapan. Namun tahun itu kembali dirusak oleh tragedi ketika rekan setimnya Ronnie Peterson tewas di Monza, Italia.

Hal tersebut juga merupakan pertanda awal bagi berakhirnya tim Lotus yang legendaris. Selain itu juga merupakan tahun terakhir mereka memenangkan kejuaraan F1.

Pada awal 1970-an Bernie Ecclestone mengatur ulang pengelolaan hak komersial F1. Dia mengubah olahraga tersebut menjadi bisnis global bernilai miliaran dolar. Pada tahun 1971 ia membeli tim Brabham dan memperoleh kursi di Formula One Constructor Association atau FOCA dan pada tahun 1978 menjadi presidennya.

Baca Juga: Kementerian PAN-RB Jamin Seleksi Kompetensi PPPK 2022 akan Berjalan Akuntabel dan Transparan

Hingga akhirnya Bernie Ecclestone menguasai banyak aspek di F1. Dia berhasil meyakinkan tim tentang nilai mereka dan nilai negosiasi sebagai unit yang terkoordinasi.

Pada tahun 1979 FISA (Fe'de'ration Internationale du Sport Automobile) dibentuk dan segera menjadikan bentrok dengan FOCA atas pendapatan dan regulasi. Masalah semakin memburuk setelah FOCA memboikot balapan dan mengancam akan memisahkan diri. Insiden ini berakhir dengan Perjanjian Concorde 1981.

1980 merupakan tahun bagi Alan Jones tim Williams. Selanjutnya pada tahun 1981 Nelson Piquet merebut gelar dengan selisih satu poin dengan kemenangan di Grand Prix AS.

1982 menjadi tahun menyedihkan bagi pembalap Ferrari Gilles Villeneuve dan Didier Pironi. Pertama, Villeneuve tewas di Zolder, Belgia. Dua bulan kemudian dalam latihan Grand Prix Jerman Pironi mengalami cedera yang sangat parah yang memaksanya untuk gantung stir.

1983 merupakan kedua kalinya Nelson Piquet menjadi juara dunia dengan tim Brabham. Selanjutnya kemenangan setengah poin Niki Lauda pada tahun 1984 menandai dimulainya periode dominasi McLaren.

Mclaren memenangkan gelar juara pembalap F1 dalam tujuh dari delapan tahun bersama Alain Prost dan Ayrton Senna. Puncaknya adalah pada tahun 1988 ketika mereka memenangkan 15 dari 16 balapan.

Baca Juga: BERSIAP, Jadwal dan Lokasi Tes Praktik Kerja PPPK Teknis 2022, Lengkap dengan Tingkatannya...

Pada tahun 1980-an alat bantu pengemudi elektronik mulai muncul dan lagi-lagi Lotus berada di garis depan dalam inovasi ini. Setelah itu, gearbox semi-otomatis dan kendali traksi muncul pada awal 1990-an.

Pertarungan antara teknologi baru dan keinginan FIA untuk melawan tuduhan bahwa para pembalap semakin tidak relevan berkecamuk selama dua dekade berikutnya.

McLaren dan Williams terus berkuasa di tahun 1990-an. Secara keseluruhan McLaren memenangkan 16 kejuaraan (tujuh konstruktor, sembilan pembalap) pada periode itu.

Sementara Williams menyamai mereka dengan 16 gelar mereka sendiri (sembilan konstruktor, tujuh pembalap). Namun, persaingan antara pembalap mereka, yaitu Alain Prost dan Ayrton Senna berakhir pada tahun 1993 dengan pensiunnya Prost dan kemudian pada tahun 1994 Senna meninggal di Imola, Italia.

Kematian Ayrton Senna adalah titik balik dalam dunia balapan F1. Hal itu menyebabkan peningkatan yang cukup besar dalam standar keselamatan balapan ini.

Beberapa pengamat menilai F1 sudah tidak kompetitif lagi. Hanya tim besar seperti McLaren, Williams, Renault yang sebelumnya Benetton dan Ferrari memenangkan setiap Kejuaraan Dunia dari tahun 1984 hingga 2008.

Baca Juga: Loker Terbaru PT Mganic Naturindo Cemerlang untuk Posisi Sosial Media Specialist, Cek Kualifikasinya...

Melonjaknya biaya Formula Satu memperlebar jurang antara empat besar tim pabrikan dan tim independen yang lebih kecil, antara 1990 dan 2008 28 tim datang dan pergi.

Tokoh paling dominan dalam sejarah F1 selama ini adalah Michael Schumacher dan Ferrari yang memenangkan kejuaraan pembalap lima kali berturut-turut. Hal ini belum pernah terjadi sebelumnya dan kejuaraan konstruktor enam kali berturut-turut antara tahun 1999 sampai dengan 2004.

FIA selalu memperbaharui aturan kejuaraan agar meningkatkan aksi pembalap di lintasan dan memotong anggaran keikut sertaan. Pada tahun 2002 team order pertama kali terjadi sejak kejuaraan dimulai pada tahun 1950.

Tim order adalah peristiwa dimana tim secara terbuka memanipulasi hasil balapan. Hal menghasilkan publisitas negatif bagi balapan F1. Paling terkenal adalah Ferrari di Grand Prix Austria 2002. Mereka mengutak-atik perolehan poin kedua pembalap mereka dengan pengaturan pit stop, mesin, dan ban.

Pensiunnya Schumacher pada tahun 2006 bertepatan dengan olahraga yang kembali menjadi lebih kompetitif di lintasan. Akan tetapi, berita negatif terus bergulir didominasi oleh politik di balik layar.

Satu persatu tim mengundurkan diri dari ajang F1. Hal ini berkaitan dengan turunnya tingkat kepercayaan terhadap Bernie Eccleston selaku promotor dan Max Mosley selaku ketua FIA yang sudah terlalu lama menjabat.

Baca Juga: Loker Terbaru Posisi Guest Relation Officer Luxury Launge dari PT Kereta Api Pariwisata, Cek Kualifikasinya

Puncak dari rusaknya reputasi balapan F1 adalah pada tahun 2009. Hal ini terjadi ketika terungkap fakta bahwa Nelson Piquet Junior yang diperintahkan untuk ‘kecelakaan’ pada grand prix Singapura 2008 agar menguntungkan rekan setimnya Fernando Alonso.

Dalam beberapa tahun terakhir, F1 juga semakin fokus pada pengembangan teknologi ramah lingkungan dan berkelanjutan. Beberapa upaya yang telah dilakukan di antaranya adalah pengurangan emisi karbon dari mobil balap dan pengembangan energi alternatif untuk pengisian bahan bakar.

F1 juga menjadi ajang penting bagi perusahaan otomotif untuk mempromosikan dan mengembangkan teknologi terbaru di bidang otomotif. Banyak produsen mobil seperti Mercedes-Benz, Ferrari, dan Renault mengembangkan teknologi dan mesin yang digunakan dalam mobil balap mereka untuk diaplikasikan pada mobil produksi.

F1 juga memberikan dampak positif pada ekonomi dan pariwisata di negara-negara yang menjadi tuan rumah balapan. Balapan Formula 1 biasanya menarik ribuan pengunjung dari seluruh dunia, dan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi lokal melalui peningkatan penjualan hotel, restoran, dan toko-toko souvenir.

F1 juga menghadapi beberapa masalah dan kritik dalam beberapa tahun terakhir. Beberapa isu yang menjadi perhatian utama adalah biaya yang sangat mahal untuk berpartisipasi dalam ajang ini, kurangnya variasi dalam format balapan, dan pengaruh politik dalam pengambilan keputusan di FIA.

Di tengah persaingan yang semakin ketat dan perubahan yang terus berlanjut, F1 tetap menjadi ajang balap mobil yang menarik dan bergengsi dengan penggemar di seluruh dunia yang terus menantikan aksi dan drama di setiap balapan.***

 

Editor: Syifa Alfi Wahyudi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x