Kelompok Punggawa Baku, Punya Peran Penting dalam Sejarah Suksesi Mangkunegaran pada Masa KGPAA Mangkunegara I

- 30 September 2021, 13:39 WIB
Pura Mangkunegaran
Pura Mangkunegaran /Inung R Sulistyo

 

BERITASOLORAYA.com - Dalam sejarah prosesi Mangkunegaran ada kelompok yang dikenal dengan nama punggawa baku.

Punggawa baku pada masa KGPAA Mangkunegara I terkenal dengan sebutan punggawa baku kawan doso yang berasal dari kata empat puluh (bahasa jawa). 
 
Punggawa baku itu merupakan prajurit inti dalam rangka membantu memperjuangkan KGPAA Mangkunegara I. Sehingga menjadi pemimpin Pura Mangkunegaran. 
 
 
"Perlu diketahui bahwa dalam hal pemilihan Mangkunegara ini ada kelompok yang kita kenal dengan kelompok punggawa baku," terang pegiat budaya dan sejarah Soloraya, Surojo kepada prsoloraya.pikiran-rakyat.com/solo Kamis, 30 September 2021.
 
Menurutnya, punggawa baku ini memiliki basis logistik atau basis prajurit yang ada di daerah-daerah, seperti Karanganyar, Wonogiri, Boyolali hingga ada yang berasal dari Kaliwungu. 
 
Oleh KGPAA Mangkunegara I, punggawa baku ini diangkat sebagai saudara. 
 
"Maka terikat dengan sumpah setia. Terkenal dengan istilah tiji tibeh atau mati siji mati kabeh. Jadi jika Mangkunegara mukti, maka semua punggawa baku juga harus mukti," papar dia.
 
Punggawa baku ini tidak dapat dipisahkan dengan KGPAA Mangkunegara I atau lebih dikenal Pangeran Sambernyawa.
 
Pada masa Mangkunegara Ipunggawa baku kawan doso meski jumlahnya itu lebih dari 40 orang. Tapi yang terkenal itu joyo kawan doso, maka sebutannya pakai joyo-joyo semua.
 
Makam Punggawa Baku Di Simo Boyolali
Makam Punggawa Baku Di Simo Boyolali Inung R Sulistyo
 
"Jumlah punggawa baku itu lebih dari 40 orang. Tapi pada masa itu yang terkenal joyo kawan doso, maka sebutannya pakai joyo-joyo semua, ada joyo utomo, joyo tilarso, atau joyo mursito," ujarnya.
 
Peran punggawa baku dalam suksesi Mangkunegaran tidak sampai sekarang ini. Kemungkinan hanya sampai masa kepemimpinan Mangkunegara III saja. 
 
"Kalau saya lihat sejak setelah Pangeran Sambernyawa, punggawa baku sudah tidak ada. Mulai Mangkunegara III sudah mulai terkikis, mungkin masih ada tapi tidak seintens sebelumnya," papar Surojo.
 
Apalagi setelah KGPAA Mangkunegara VIII dengan kondisi Pura Mangkunegaran sudah tidak memiliki pemerintahan lagi, perhatiannya sangat kurang sekali.
 
"Itu bisa dimaklumi, karena waktu itu Pura Mangkunegaran bukan lagi lembaga pemerintah tapi hanya sebagai lembaga adat dam budaya," sambungnya. 
Makam Punggawa Bahu di Simo Kab . Boyolali
Makam Punggawa Bahu di Simo Kab . Boyolali Inung R Sulistyo
 
Surojo menjelaskan, oleh Pangeran Sambernyawa punggawa baku kawan doso itu dianggap sebagai saudara. 
 
Sehingga perannya sangat kuat sekali dalam hal penentuan pengangkatan Mangkunegara selanjutnya.
 
"Setelah banyak punggawa baku yang meninggal, maka lama-lama tergeser oleh perwakilan-perwakilan lain. 
 
Karena sekarang sangat sulit sekali kalau punggawa baku harus dilibatkan oleh anak turunnya yang mungkin jumlahnya banyak sekali, siapa yang kompeten untuk mewakili," imbuh dia.
 
Keberadaan kelompok punggawa baku ini berasal dari cerita turun temurun dikalangan anak turunnya punggawa baku. 
 
Karena di dokumen-dokumen Pura Mangkunegaran itu tidak disebutkan seperti itu. Mungkin pada masa itu administrasi belum seperti saat ini. 
 
"Dari keterangan anak keturunan punggawa baku kok sama. Jadi turunan disana menceritakan seperti, keturunan lain juga cerita hal yang sama," ucapnya.
 
Sekarang ini yang terjadi Pura Mangkunegara kurang memperhatikan keberadaan punggawa baku. Bahkan makam para punggawa baku tidak tahu di mana, harusnya dari keluarga Pura Mangkunegara bisa ziarah atau merawat. 
 
"Yang diinginkan dari keluarga punggawa baku itu hanya ada perhatian, mungkin berziarah atau menjenguk. Itu pastinya sangat menggembirakan bagi mereka," tutur dia.
 
Lanjut dia, keluarga punggawa baku itu masih merasakan perjuangan leluhurnya sangat luar biasa. Sangat tidak etis apabila perjuangan mereka dilupakan oleh Pura Mangkunegaran. 
 
"Semoga saja kedepan, siapa saja yang menjadi Mangkunegara paling tidak memperhatikan keluarga atau ziarah ke makam-makam punggawa baku," ungkap Surojo.
 
Jadi membangkitkan semangat persaudaraan, jangan sekali-kali meninggalkan sejarah. Karena kejayaan Pura Mangkunegaran itu pada hakikatnya didukung para punggawa baku dan mereka tidak pernah jabatan.
 
 
"Setelah tercapai cita-cita Mangkunegara I, para punggawa baku kembali ke daerah masing-masing. Mereka tidak mengharapkan pamrih apapun, harusnya ada sedikit perhatian dari keluarga Mangkunegaran," tandas dia. 
 
Surojo menambahkan, saat ini adalah waktu yang sangat tepat menyatunya punggawa baku dengan keluarga Mangkunegaran. 
 
"Jadi akan menjadi sinergi untuk bersama-sama mengembangkan Pura Mangkunegaran. Jadi ini momen yang tepat," pungkasnya. ***
 
 
 
 
 
 

Editor: Inung R Sulistyo


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x