2 Macam Shalat Jama', Ini Syarat dan Ketentuanya

- 13 Desember 2021, 19:14 WIB
Ilustrasi shalat Jama'/PIXABAY/rudolf_langer
Ilustrasi shalat Jama'/PIXABAY/rudolf_langer /
BERITASOLORAYA.com-Islam memberi kemudahan (rukhsah) saat dalam keadaan tertentu, salah satunya ialah shalat Jama'. 
 
Dalam mengerjakan shalat Jama' ada syarat-syarat umum yang harus dipenuhi, contohnya musafir (dalam perjalanan dengan tujuan baik) jarak tempuh minimal 80,64 km, saat sakit, terjadinya bencana seperti hujan lebat yang menjebak.
 
Namun, tidak semua shalat fardhu boleh dijama' dengan shalat fardhu yang lain.
 
 
Diantara sholat yang boleh dijama' ialah shalat dhuhur dengan asar, shalat maghrib dengan isya'. Sedangkan, shalat subuh tidak boleh dijama'.
 
Dikutip dari buku Fiqih, yang dibuat MGMP LP Ma'arif Nu Cabang Kudus, shalat jama' dibagi menjadi dua macam. Berikut ketentuan-ketentuannya.
 
1. Jama' Taqdim
 
Shalat jama' taqdim adalah mengumpulkan dua shalat wajib yang dikerjakan di awal waktu.
 
 
Maksudnya, seseorang menjama' sholat dhuhur dan asar, maka ia melakukan Shalat jama' di waktu dhuhur. 
 
Cara mengerjakannya, yakni empat rakaat shalat dhuhur, yang segera diikuti shalat asar empat rakaat. 
 
Syarat shalat jama' taqdim ialah mendahulukan shalat fardu yang pertama dan diikuti shalat fardu kedua, niat jama' dilakukan saat melaksanakan Shalat fardhu pertama serta dilaksanakan langsung seakan mengerjakan satu shalat. 
 
 
2. Jama' Takhir 
 
Shalat jama' takhir memiliki pengertian dua shalat wajib yang dikerjakan pada waktu akhir.
 
Misalnya, seseorang menjama' shalat dhuhur dengan asar, jika melakukan jama' takhir, shalat dikerjakan pada waktu shalat asar. 
 
Syarat shalat jama' takhir ialah berniat untuk mengerjakan jqma' takhir, mengerjakan shalat secara beruntutan, tanpa menyelinginya dengan apapun, termasuk dzikir dan do'a. 
 
 
"Dari Mu'adz, sesunguhnya Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, pada Perang Tabuk apabila berangkat sebelum tergelincir matahari, beliau takhirkan shalat dhuhur hingga menjama'nya ke waktu asar, dan apabila beliau dhuhur dan asar sekaligus. Kemudian beliau berjalan.
 
Apabila beliau berangkat sebelum maghrib hingga menjama'nya ke waktu Isya', dan apabila beliau berangkat sesudah waktu maghrib beliau segerakan shalat isya', dan beliau mengerjakan shalat isya' dan maghrib." (H.R Ahmad, Abu Dawud dan Tirmidzi).
 
Wallahua’lam.***
 

Editor: Siti Charirotun Nadhifah

Sumber: Buku Fiqih


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x