PR SOLORAYA – Beredarnya hoaks di media sosial menjadi masalah yang serius, pasalnya jika salah mendapat informasi justru dapat berpotensi lahirnya konflik dan efek samping lainnya.
Apalagi, berita hoaks dapat dikonsumsi oleh semua kalangan. Tidak hanya orang awam, bahkan profesional hingga tokoh publik sekalipun, bukan jaminan bagi mereka untuk tidak terjebak oleh hoaks.
Sangat sulit untuk meminimalisir beredarnya hoaks di tengah era keterbukaan digital. Hanya kita sendiri sebagai pengguna media sosial yang dapat menghindari, bahkan melawan hoaks itu sendiri.
Berikut ini adalah beberapa ciri-ciri yang perlu diketahui guna mengidentifikasi informasi-informasi palsu yang beredar di media sosial, sebagaimana dilansir Pikiranrakyat-Soloraya.com dari Antara.
Judul provokatif
Judul provokatif bisa jadi indikasi pertama dalam mengenali sebuah informasi yang terindikasi hoaks. Judul yang memuat frasa yang terlalu menonjol, biasanya memiliki isi yang tidak berkualitas.
Judul provokatif akan menggiring pembaca atau pengguna media sosial pada suatu narasi yang memang dikehendaki oleh pembat hoaks. Unsur itu memiliki pengaruh yang sangat kuat dan memang menjadi tujuan dibuatnya informasi palsu tersebut.
Berisi pesan tendensius
Pesan tendensius berarti isi informasi berpihak atau tidak berimbang. Sedangkan, suatu informasi yang baik harusnya netral dan memberi kabar apa adanya.
Dengan adanya keberpihakan tersebut, isi dari informasi tersebut terlalu fokus pada satu arah. Padahal, guna membuktikan narasi dalam sebuah informasi, memuat pandangan dua arah akan sangat berguna bagi pembaca untuk mengidentifikasi kebenarannya.
Baca Juga: PBB Laporkan Dugaan Pelanggaran HAM dalam Pembangunan Grand Prix Mandalika di Lombok
Baca Juga: Tak Banyak yang Tahu, Ternyata Parfum Bisa Ungkap Kepribadian Seseorang, Simak Rinciannya Berikut
Mengarah pada kebencian dan permusuhan
Tidak jarang jika pembuat hoaks memang menghendaki hadirnya konflik di teng masyarakat. Sehingga, pesan yang termuat dalam informasi tersebut, biasanya memang terdapat unsur kebencian dan permusuhan.
Jika menemukan informasi yang memiliki pesan tersebut, dapat dipastikan jika itu adalah hoaks. Karena informasi yang baik, hanya mengabarkan fakta tanpa perlu mengajak pembaca dan konsumen infomasi membenci atau memusuhi sesuatu.
Tidak memuat dari sisi yang berlawanan
Penjelasan informasi yang hanya membahas satu sisi atau monolog juga dapat dijadikan sebagai salah satu kriteria informasi hoaks. Walau memang tidak semuanya demikian.
Alasannya adalah pemuatan satu sisi dalam informasi tidak memberikan kesempatan bagi pembaca untuk mengidentifikasi kebenaran. Sehingga, informasi palsu sangat rentan termuat pada berita terebut.
Baca Juga: Gunung Merapi Kembali Keluarkan Awan Panas, BPPTKG Masih Mempertahankan Status Siaga
Baca Juga: Perlahan Namun Pasti, Militer Myanmar Semakin Terdesak oleh Tekanan Dunia Internasional
Sumber informasi tidak jelas
Hal yang paling penting dari sebuah informasi adalah sumbernya. Jika suatu informasi tidak memiliki sumber yang kredibel dan jelas, maka sudah dapat dipastikan jika informasi tersebut adalah hoaks.
Selain ketiadaan informasi, kejelasan informasi juga diperlukan. Sumber yang tidak jelas, tentu sangat rentan disisipkan oleh informasi-informasi palsu.
Mengandung ajakan untuk memviralkan
Informasi yang baik pada dasarnya tidak memiliki niat apapun selain mengabarkan sebuah fakta yang ada. Jika terdapat ajakan untuk membagikan atau memviralkan informasi tersebut, sudah dapat dipastikan jika itu adalah hoaks.
Kabar-kabar yang viral, dan paling banyak dibagikan juga sering kali terindikasi hoaks. Sehingga, hal tersebut dapat diantisipasi sedari awal oleh setiap orang dalam mengkonsumsi informasi yang mereka dapatakan.
Rosarita Niken Widiatsuti, Staf Khusus Kementerian Kominfo mengatakan, jika terdapat informasi yang membuat takut, membuat marah, dan terprovokasi. Maka hal tersebut perlu dicek kebenarannya.***