Hari Batik Nasional 2023, Intip Sejarah Kampung Batik Laweyan yang Jadi Pusat Industri Batik di Kota Solo

2 Oktober 2023, 20:05 WIB
Hari Batik Nasional 2023, Intip Sejarah Kampung Batik Laweyan yang Jadi Pusat Industri Batik di Kota Solo /kampungbatiklaweyan.org/

BeritaSoloRaya.com - Setiap tanggal 2 Oktober, masyarakat Indonesia memperingati hari batik nasional. Batik memiliki sejarah panjang hingga akhirnya menjadi warisan budaya Indonesia.

Setiap daerah di Indonesia memiliki batik yang berbeda sesuai dengan ciri khas dan sejarahnya masing-masing. Kota Solo sendiri terkenal dengan Kampung batik Laweyan yang menjadi sentra batik di Kota Solo.

Kampung Batik Laweyan diklaim sebagai kampung batik tertua di Indonesia. Kampung batik tersebut sudah ada sebelum pemerintahan Kerajaan Pajang. Di bawah pimpinan Kyai Ageng Henis, Laweyan kemudian dijadikan sebagai pusat distrik bisnis kerajaan.

Baca Juga: Pelamar CPNS dan PPPK Simak. Ingin Lebih Mudah Daftar Seleksi CASN 2023? Gunakan Fasilitas Kemenag Ini...

Laweyan berasal dari kata Lawe yang berarti benang. Nama Lawe dipakai karena dulunya tempat tersebut merupakan pusat industri benang. Dulunya daerah tersebut ditumbuhi oleh pohon-pohon kapas.

Seiring berjalannya waktu, benang-benang tersebut diproses menjadi kain hingga kemudian dibuat batik. Industri batik di Laweyan telah ada sejak pemerintahan Kyai Ageng Henis pada tahun 1546.

Untuk itu, daerah tersebut diklaim sebagai pusat batuk tertua di Indonesia. Sebenarnya teknik membatik sendiri telah ada sejak zaman Mesir Kuno. Kemudian, masuk ke Indonesia melalui budaya hindu dan menyebar ke seluruh daerah.

Pada tahun 1905, Batik Laweyan mengalami pertumbuhan yang begitu pesat ketika Kyai Haji Samanhudi mendirikan Sarekat Dagang Islam. Daerah-daerah di sekitar Laweyan juga terinspirasi dan mulai memproduksi batik seperti di Sragen, Ponorogo, Pekalongan, hingga Sumatra Barat.

Baca Juga: Ada yang Istimewa, Rania Maheswari Yamin Ternyata Turut Menghadiri Acara Istana Berbatik di Istana Merdeka

Dilansir BeritaSoloRaya.com dari berbagai sumber, industri batik di Laweyan sempat mengalami penurunan. Jumlah pengusaha batik di daerah tersebut terus menurun setiap tahunnya. Puncaknya yaitu pada tahun 2014, hanya sekitar 16 pengusaha batik yang tersisa.

Banyak dari keluarga pengusaha batik yang tidak meneruskan usaha tersebut karena tidak menjamin ekonomi mereka. Alhasil banyak rumah-rumah yang ditinggalkan.

Pada tahun 2004, warga dari daerah lain mengadakan riset tentang kawasan tersebut. Karena memiliki nilai histori yang tinggi, akhirnya warga kampung tersebut mendeklarasikan Kampung Batik Laweyan.

Kampung batik tersebut resmi disahkan pada 25 September 2004. Sejak itu, industri batik di Laweyan mulai berkembang kembali. Pengusaha batik di kawasan kembali diuji oleh pandemi Covid-19 yang melanda seluruh dunia.

Sekitar 80 persen pengusaha batik gulung tikar akibat wabah tersebut. Mereka mulai perlahan bangkit setelah pandemi mereda.

Selain terkenal sebagai pusat industri batik di kota Solo, Laweyan juga dikenal sebagai kampung santri. Daerah tersebut menjadi tempat Kyai Ageng Henis mensyiarkan dakwah islam. Peninggalan dakwah Kyai Ageng Henis ditandai dengan bangunan-bangunan masjid di daerah Laweyan.

Daerah tersebut juga memiliki Cagar Budaya dari masa Keraton Pajang berupa rumah-rumah besar peninggalan pengusaha batik sukses pada masa itu. Rumah-rumah tersebut kini dijadikan sebagai showroom batik.

Di sepanjang jalan Sidoluhur, wisatawan juga dapat menemukan puluhan industri batik dan showroom batik.***

Editor: Windy Anggraina

Tags

Terkini

Terpopuler