Peringatan Malam 1 Suro: Sejarah dan Pantangannya bagi Masyarakat Jawa

- 28 Juli 2022, 09:58 WIB
Ilustrasi sejarah malam satu suro.
Ilustrasi sejarah malam satu suro. /Tangkapan layar Instagram/ @bayu_ario

Sedangkan di Yogyakarta perayaan malam satu suro identik dengan membawa keris dan benda pusaka saat iring-iringan.

Ada juga daerah yang melakukan Tapa Bisu, atau mengunci mulut selama ritual. Dimaksudkan untuk berkaca pada diri sendiri atas apa yang diperbuatnya selama setahun penuh.

Perayaan malam satu suro menitikberatkan pada ketentraman batin dan keselamatan. Oleh karena itu dalam perayaannya selalu diselingi ritual pembacaan doa dari semua umat yang hadir merayakan. Tujuannya supaya terlepas dari bahaya.

Sejarah dari peringatan malam satu suro ini berawal dari Sultan Agung Hanyokrokusumo yang menginginkan persatuan rakyatnya untuk melawan Belanda di Batavia, termasuk menyatukan pulau Jawa.

Baca Juga: 6 Manfaat Mengonsumsi Teh Untuk Kesehatan yang Jarang Orang Ketahui

Ia ingin supaya rakyatnya tidak terpecah terutama jika penyebabanya karena masalah agama.

Oleh karena itu setiap hari Jumat Legi pemerintah setempat melakukan pengajian sekaligus ziarah kubur dan haul ke makam Sunan Ampel dan Sunan Giri.

Dari sinilah 1 Suro yang dimulai pada Jumat Legi menjadi keramat, bahkan banyak orang yang menganggap akan terkenal sial apabila ada orang yang memanfaatkan hari tersebut dengan kepentingan lain dan bukan mengaji, ziarah, dan haul.

Dilansir dari kanal YouTube Fitka Channel, peringatan malam satu suro juga memiliki pantangan-pantangan yang tidak boleh dilakukan oleh masyarakat Jawa.

Baca Juga: Rekomendasi 4 Wisata di Malang yang Wajib Dikunjungi, Nomor Terakhir Paling Favorit

Halaman:

Editor: Anbari Ghaliya

Sumber: YouTube Fitka Channel petabudaya.belajar.kemdikbud.go.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x