Network
BERITASOLORAYA.com – Berikut artikel tentang kenaikan harga sewa properti di Singapura dipengaruhi oleh culture Gen Z, bagaimana Gen Z bisa mempengaruhi pasar properti di Singapura? Simak ulasannya pada artikel berikut ini.
Singapura memang tidak bisa dipungkiri menjadi negara nomor satu tujuan beberapa orang untuk berlibur, mencari pekerjaan atau menetap menjadi negara Singapura.
Ada beberapa daya tarik yang membuat banyak warga asing ingin menetap di Singapura, salah satunya adalah rendahnya pajak yang diterapkan di Singapura sehingga negara ini kerap mendapat julukan negara surga rendah pajak.
Hal yang membuat menarik banyak pihak adalah soal kenaikan harga sewa properti yang terjadi di Singapura. Kenaikannya bahkan mengalahkan negara Hongkong yang sejak dulu terkenal dengan harga sewa properti yang tinggi.
Ternyata setelah diteliti lebih lanjut, faktor peningkatan harga sewa properti di Singapura tidak bisa dilepaskan dari culture generasi Z atau Gen Z yang saat ini sudah berubah.
Gen Z ini memiliki culture yang sudah jauh berubah dibanding beberapa waktu lalu. Anak muda di Singapura saat ini cenderung memiliki culture ingin hidup lebih mandiri setelah dewasa tidak lagi tinggal satu atap bersama kedua orang tua.
Banyak Gen Z yang ketika sudah lulus kuliah atau mulai bekerja memilih untuk sewa apartemen sendiri agar memiliki privasi yang lebih dan bisa hidup lebih mandiri tidak lagi bergantung pada orang tua.
Culture ini yang membuat sewa properti di Singapura meningkat karena adanya permintaan sewa properti yang cukup tinggi dari kalangan generasi Z untuk menyewa apartemen. Selain faktor culture Gen Z tentu ada juga faktor lain yang mempengaruhi tingginya sewa properti di Singapura saat ini.
Dilansir BeritaSoloRaya.com dari laman Bloomberg, Kamis 8 Juni 2023, kenaikan sewa properti di Singapura mencapai 65 persen, sedangkan kenaikan sewa properti di London hanya sebesar 24 persen dan New York City sebesar 21 persen terhitung sejak tahun 2018.
Selain Singapura ada negara lain yang juga mengalami peningkatan sewa properti seperti Sidney yang mengalami kenaikan sewa properti sebesar 18 persen dan Dubai yang juga mengalami sewa properti sebesar 17 persen. Sementara negara Hongkong yang sudah sejak lama terkenal dengan sewa propertinya yang mahal, beberapa waktu terakhir justru pengalami penurunan.
Sewa properti di negara Hongkong turun bahkan sampai mencapai minus 6 persen. Kondisi ini sangat berbeda jauh dengan yang dialami Singapura hari ini, bahkan sewa properti seperti apartemen di dekat Orchad saat ini mengalami peningkatan 40 persen.
Urban Redevelopment Authority atau URA Singapura bahkan mencatat periode kuartal 4 tahun 2022 harga properti pribadi mengalami peningkatan 0,4 persen jika dibanding dengan kuartal 4 tahun 2021 mengalami kenaikan 3,8 persen.
Jika dihitung sepanjang tahun 2022 harga properti untuk hunian pribadi di Singapura mengalami peningkatan 8,6 persen sedangkan untuk penyewaaan properti hunian pribadi mengalami peningkatan 7,4 persen pada kuartal 4 tahun 2022.
Selain faktor culture generasi Gen Z yang mempengaruhi harga sewa properti di Singapura, faktor berikutnya adalah pasar persewaan properti di Singapura sudah cukup lama dikuasi oleh orang asing.
Baca Juga: MotoGP Update: Joan Mir Mengundurkan Diri dari MotoGP GP Italia setelah Kecelakaan FP2
Hal ini terjadi karena sebagian besar penduduk Singapura 5,6 juta penduduk sudah membeli rumah umum bersubsidi. Sejak lama Singapura selalu dianggap surga sebagai tempat yang nyaman untuk untuk tinggal dan bekerja selama masa pandemi. Hal ini yang membuat banyak orang asing pindah ke negara Singapura.
Situasi ini lalu dimanfaatkan warga China yang saat itu sedang menghadapi lockdown di China dan Hongkong karena Covid-19.
Beberapa faktor tersebut yang akhirnya membuat harga sewa properti di Singapura menjadi lebih tinggi dibanding beberapa waktu lalu.
Itulah informasi tentang kenaikan harga sewa properti di Singapura dipengaruhi oleh culture Gen Z. ***
