Cek Disini, Inilah Cara Mencegah Penyakit Alzheimer

- 12 Oktober 2021, 14:26 WIB
11 gejala awal Alzheimer dan dampaknya.
11 gejala awal Alzheimer dan dampaknya. /NDTV.COM

 

 

BERITASOLORAYA.COM - Kepikunan pada usia lanjut sering dikaitkan dengan demensia dan penyakit Alzheimer. Kedua penyakit sering disalahartikan sebagai kondisi yang sama. Padahal, kedua penyakit ini tidaklah sama.

Mengutip dari WHO, demensia adalah sindrom penurunan fungsi kognitif yang melebihi penuaan pada umumnya.

Penyakit Alzheimer sendiri adalah salah satu penyebab dari demensia, selain stroke, infeksi dan berbagai penyakit lain. Data dari WHO, penyakit Alzheimer menyumbang 60 hingga 70 persen kasus demensia.

Baca Juga: Cara Menghargai Kehidupan dari Albert Schweitzer

NIH (National Institute on Aging) menjabarkan perubahan yang terjadi pada otak pasien yang terkena penyakit Alzheimer.

Perubahan toksik meliputi munculnya protein yang membentuk plak amyloid  dan tau tangles. Kedua hal tersebut menyebabkan sel saraf yang sehat berhenti berfungsi dan akhirnya mati.

Dokter Spesialis Saraf RSUD Bung Karno Surakarta, dr. Galuh Candrasari, Sp. N megatakan kepada BeritaSoloRaya.com "Gejala penyakit alzheminer muncul secara bertahap".

Berbagai gejala tersebut seperti gangguan memori, perubahan personal, kesulitan melakukan kegiatan sehari-hari, halusinasi, delusi, hingga pada kondisi terakhir tidak dapat berkomunikasi dan bergantung penuh pada orang lain, terang dr. Galuh.

Lebih lanjut, dr. Galuh menjelaskan bahwa "Asosiasi Alzheimer menyebutkan sampai saat ini belum ada obat untuk penyakit Alzheimer yang memuaskan, namun saat ini sedang dikembangkan obat yang menyasar pada berbagai mekanisme penyakit dan dikombinasikan dengan aktivitas fisik, diet, serta latihan kognitif".

Sampai saat ini, mencegah penyakit Alzheimer adalah pilihan terbaik yang dapat kita lakukan.

Baca Juga: Viral Pengendara Pajero Tabrak Pedagang Ikan Di Daerah Pantai Indah Kapuk

NHS (National Health Service) menyebutkan bahwa penyakit kardiovaskular berhubungan dengan peningkatan risiko penyakit Alzheimer.

Dengan demikian, menurunkan risiko kardiovaskular dapat juga mengurangi risiko mengalami penyakit Alzheimer.

Hal tersebut meliputi stop kebiasaan merokok dan membatasi alkohol, mengonsumsi makanan sehat dan seimbang, berolahraga secara teratur, menjaga tekanan darah dan gula darah dalam rentang normal.

Selain mencegah risiko penyakit kardiovaskular, olahraga juga meningkatkan alirah darah dan oksigen ke dalam otak.

Rekomendasi olahraga yang dianjurkan adalah 30 menit olahraga aerobik intensitas sedang (misalnya bersepeda atau jalan cepat) dengan frekuensi 3 -4 kali per minggu atau sebanyak yang dapat dilakukan.

Makan sehat dan seimbang yang dianjurkan mengandung 5 porsi buah dan sayur setiap hari. HMS (Harvard Medical School) menyebutkan bahwa diet mediteranian juga dapat digunakan untuk mencegah penyakit Alzheimer.

Baca Juga: Jelang Lawan Taiwan, Timnas Matangkan Taktik dan Strategi

Diet Meditarian ini menggunakan sayuran segar dan buah-buahan, biji-bijian utuh, minyak zaitun, kacang-kacangan, polong-polongan, ikan, daging unggas dengan jumlah yang sedang, telur dan susu, daging merah dalam porsi yang terbatas.

Jika mempunyai penyakit tekanan darah tinggi dan diabetes mellitus, pencegahan terhadap penyakit Alzheimer dilakukan dengan mengontrolkan penyakit dan mengonsumsi obat secara teratur, serta diet sesuai dengan kondisi penyakit.

HMS menyebutkan dengan tidur yang cukup juga dapat mencegah penyakit Alzheimer. Tidur yang cukup berhubungan dengan pembersihan amyloid dari otak yang merupakan protein toksik di otak.

Tidur yang cukup pada orang dewasa (terutama usia 65 tahun ke atas) adalah 7 – 8 jam per malam.

Walaupun bukti belum banyak, dilaporkan bahwa mempelajari hal-hal baru dan berhubungan sosial dapat mencegah penyakit Alzheimer.

Baca Juga: Sempat Diretas Akun Instagram Pemkot Solo Sudah Kembali

Contoh aktivitas ini adalah belajar bahasa baru, membaca, belajar teknologi baru, belajar musik, les menari dan sebagainya.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa memiliki hubungan social yang kuat dan aktif secara mental dapat menurunkan risiko penyakit Alzheimer.

Belum ada alasan pasti mengapa hal ini terjadi, namun dimungkinkan oleh mekanisme bahwa social dan stimulasi mental menguatkan hubungan antara sel-sel saraf di otak, ungkap dr. Galuh.

Alzheimer's Association menyebutkan bahwa terdapat keterkaitan erat antara trauma kepala berat dengan penurunan kognitif.

Menggunakan seat belt, helm pada saat berkendara dapat kita lakukan untuk menurunkan risiko penyakit Alzheimer.

Baca Juga: Berikut Tips Agar Nasabah Terhindar dari Kejahatan Skimming

Beberapa risiko lain yang berhubungan dengan penyakit Alzheimer adalah penurunan pendengaran, depresi, kesendirian dan isolasi social dan gaya hidup sedenter. Dengan memodifikasi kondisi ini, misalnya dengan berobat ke dokter, dapat mengurangi risiko terjadinya penyakit Alzheimer.***

 

 

Editor: Inung R Sulistyo


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah